Bab 14. Pembeli

7 2 0
                                    

Tessa tak mempercayai Luke. Sedikit pun tidak. Apalagi terhadap sarannya yang keterlaluan. Bagaimana bisa, gadis secantik itu diminta merayu seorang serigala jadi-jadian? Pemimpinnya pula? Ditambah, bukan menggoda secara seksual, melainkan nafsu makan. Secara hukum alam, Tessa tak perlu merayu. Ia memang makanan sang Alpha.

Namun, sang Alpha ke sana bukan untuk makan siang, melainkan merekrut kawanan. Jelas, sebagai daging yang masih bernyawa, Tessa tak akan direkrut. Lantas, bagaimana agar dia direkrut? Itulah yang mesti dipikirkan gadis itu.

Sang Alpha dan rombongannya mendekat. Rupanya, selain bersama pasangannya, si wanita cantik yang diam-diam melirik Luke, ada dua orang laki-laki lain. Tubuh mereka tegap dan bidang. Pakaian mereka tidak sebagus dan serapi sang Alpha, tetapi lebih bersih dan lebih baik dari para perampok dan para tawanan. Kedua lelaki itu mengepit tiga peti yang Tessa yakin berisi emas.

Jauh di belakang terdapat kereta merah milih sang Alpha. Kereta tersebut berhias emas. Kayunya mengilat dan kokoh dan tampak seperti baru. Kain pada tirainya pun indah dan sepertinya mahal. Rodanya besar dan kuat. Sang sais mengenakan topi lebar. Tessa jadi bertanya-tanya, apa bisnis sang Alpha hingga memiliki kekayaan dan kawanan sebegitu besar?

"Itu dia, Tuan, yang bermata satu," Daisy menunjuk Luke.

Bob mengeluarkan kunci penjara dengan ragu-ragu.

"Apa kau yakin dia mampu, Cora?" tanya sang Alpha kepada wanta cantik di sampingnya.

Cora tersenyum. "Aku melihatnya sendiri. Daisy beruntung berhasil mendapatkannya."

Sang Alpha mengedikkan bahu. Ia memandang Luke dengan skeptis. "Baiklah, berikan peti itu," titahnya pada lelaki yang mengempit dua peti di bawah ketiak.

Namun, ketika Bob hendak membuka pintu penjara, Daisy menghentikannya. "Anda bilang akan membelinya dengan tiga peti, Tuan. Ini hanya dua peti."

"Yeah, kupikir dua matanya masih utuh. Satu peti untuk biaya ganti rugi karena kau berbohong."

Daisy mendengkus. "Saya tidak berbohong, Tuan. Dari awal, matanya memang hanya satu."

Sang Alpha tertawa. "Kaupikir aku bodoh?" Ia lantas beralih pada Cora. Tessa melihatnya berkedip seelum bertanya, "Apakah benar, dia hanya memiliki satu mata, Cora sayangku?"

Cora adalah seorang aktris yang hebat, batin Tessa saat melihat wanita itu menjawab, "Aku tak melihat ada yang kurang darinya saat terakhir kali bertemu, Tuanku."

Daisy tampak marah. Dengan menggertakkan gigi, dia berkata, "Dia sudah seperti itu ketika kami tangkap dan kalau saya tahu kecacatannya dapat mengurangi harga, maka sekalian saja saya congkel mata satunya."

"Jadi, kau menuduh Cora berbohong?" tanya sang Alpha sengit.

"Anda tahu benar siapa yang berbohong di sini," Daisy tak kalah sengit. "Maaf, saja, kalau tidak tiga peti, kesepakatan kita gagal. Dan asal Anda tahu, ada banyak orang yang menginginkan lone wolf."

Sang Alpha tampak berang sekarang. Wajahnya merah padam, persis seperti babi yang direbus. Ia mengedik pada Cora, memberinya isyarat untuk memberi Daisy pelajaran.

Namun Daisy bukan penyihir biasa. Terbukti dari kepiawaiannya memimpin para perampok. Saat Cora hendak melakukan sesuatu, ia sudah dulu menyiapkan mantra untuk menyerang wanita itu. Akan tetapi, salah satu lelaki yang bersama sang Alpha, mendadak di belakangnya. Ia mencengkeram kedua pergelangan Daisy dan mematahkannya. gadis itu menjerit, kemudian berlutut.

Sang Alpha mencengkeram rahang Daisy dengan tangannya yang gemuk. Ia menekan pipi gadis itu dan bertanya, "Dua peti atau semua milikmu kumusnahkan?"

Dengan mata nanar, Daisy menatap sang Alpha. Bob hendak membantu bosnya tetapi Cora menatapnya penuh ancaman, membuat nyalinya menciut.

Redemption of Fallen AlphaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang