Cora mengingat Tessa. Gadis itu yang dibilang sebagai takdir sang werewolf. Akan tetapi, bagaimana bisa? Gadis itu bukanlah seorang werewolf. Bahkan, tidak memiliki darah werewolf. Namun, tetap saja, Cora cemburu melihat kedekatan mereka. Dia pernah berada dalam posisi gadis itu. Bersama Luke. Sedekat itu.
Lyra yang berhasil bangkit mendekat dengan terseok-seok. Sepertinya, kakinya terkena serangan. Serigala itu berhenti di samping Luke dan sang lelaki merunduk, mengelusnya singkat. "Kau tidak apa-apa?"
Lyra mengaing.
"Terima kasih," ujar Luke kemudian menegakkan punggung.
"Sungguh kesetiaan yang menyentuh," cetus Ralph. Para anak buahnya yang tadi menyerang Luke bergabung bersama teman-temannya yang lain. Mereka menggeram, menunggu perintah sang Alpha. "Kau bilang dia takdirmu, heh?" tanya lelaki itu mengedikkan dagu ke arah Tessa.
Luke tidak mengangguk, tetapi juga tidak menggeleng. "Bukan urusanmu."
Cora meneriakkan perintah supaya Luke berlutut. Lelaki itu otomatis menekuk satu kakinya. Ia meringis kesakitan ketika dengkulnya beradu dengan tanah.
"Kau tidak harus mematuhi perintah wanita itu, Luke," sahut Tessa. Ia mengacungkan batang kayunya. Mendadak, serigala besar yang tadi menyerang Luke melompat, hendak menerkam Tessa. Namun, gadis itu dapat melihat gerakannya. "Berhenti!" serunya.
Serigala tersebut langsung jatuh dan mengaing di tanah. Seolah-olah ada sesuatu yang menariknya ke bawah. Serigala lain tampak gusar.
Ralph terkekeh. "Menarik," ucapnya singkat. Ia lantas melangkah ke hadapan Tessa dan bertanya, "Dari mana kau tahu kekasihmu ada di sini?"
Tessa melirik Lyra yang menggeram ke serigala lain, berusaha melindungi Luke dari serangan yang mungkin akan dilancarkan.
"Apakah karena ikatan yang terjadi di antara kalian?" lanjut Ralph.
Tessa tak tahu maksud perkataan lelaki tersebut. Namun, apa pun yang membuatnya bisa segera pergi dari sini, dia bakal mengiakannya. Gadis itu mengangguk.
Ralph melirik Cora yang berdiri di sampingnya sekilas. Tampak wajah gadis itu merah padam. Namun, sang Alpha hanya mengedikkan bahu. Ia kembali menatap Tessa. "Kau tahu, manusia dan werewolf jika bersama hanya akan menghasilkan kengerian. Aku sudah membuktikannya sendiri."
Tessa menelan ludahnya dengan susah payah. Ketakutan membuat kerongkongannya kering. "A--"
Belum sempat membuka mulut lebih jauh lagi, Luke menyuruh gadis itu agar tidak menjawab.
Ralph terkekeh lagi. Ia beralih pada Luke, mengangkat dagu pemuda itu dengan mencengkeram rahangnya. Sembari menggertakkan gigi, sang Alpha berkata, "Tentu kau tidak melupakan apa yang selama ini kualami, Luke."
Lelaki itu lantas mengempaskan cengkeramannya, membuat kepala Luke melengos. Ia kembali pada Tessa. "Apa kau mencintainya?"
Tessa tak tahu mesti menjawab apa. Ia menoleh pada Luke lagi, berharap lelaki itu memberinya isyarat jawaban. Ia kecewa karena Luke masih mengalihkan pandang darinya. "Ya," jawab Tessa kemudian, ragu-ragu.
Cora mendengkus. Ia menimpali, "Kau akan menyesal nanti. Sebaiknya segera kau tolak dia sebelum dia menghancurkanmu."
Ekspresi wajah Luke berubah seperti orang yang ketahuan berbuat jahat. Ia menghindari tatapan Cora yang menusuk.
Tessa bingung. Bagaimana bisa menolak, ia saja belum pernah mendengar Luke menyatakan cinta atau apalah. Ia tak mengerti apa pun soal werewolf dan takdirnya. Dan alasan ia bisa sampai ke sana adalah karena insting Lyra yang tajam. Dia melacak jejak roda gerobak hingga ke desa sang Alpha, kemudian kemari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Redemption of Fallen Alpha
FantasyLuke Frostbane, pemegang tahta alpha selanjutnya, melarikan diri dari kawanan karena dituduh berkhianat. Dia juga diburu. Hanya sebuah artefak kuno yang mampu membersihkan dirinya dari tuduhan tersebut. Namun, sayang, artefak itu telah dicuri ribua...