Bab 9. Kesepakatan

10 4 0
                                    

Jadi, dia tidak dijual, batin Tessa setelah masuk ke kamar bersama Luke. Tetapi akan dinikmati pemuda itu sendiri. Tidak buruk, Tessa menilai. Yah, setidaknya Luke tampan, dan matanya yang ditutup satu itu membuatnya tambah seksi di mata sang gadis. Ia belum pernah berkencan dengan pemuda macam Luke. Misterius, dingin, tetapi benar-benar menawan, walau kadang mulutnya kejam.

Tessa mengintip Luke yang tengah membuka kemejanya. Pemuda itu membelakanginya sehingga ia bisa melihat punggungnya yang kokoh. Wajah sang gadis pun memerah. Sembari menggigit bibir bawahnya, ia ikut membuka gaunnya perlahan. Sebenarnya ia lebih suka Luke yang melakukannya, tetapi dilihat dari cara Luke membuka baju, sepertinya sang pemuda tidak sabaran.

Wajah Tessa semerah tomat ketika mengamati Luke yang sedang sibuk dengan ritsleting celananya. Jantungnya pun berdebar kencang. Malu, ia berbalik. Dalam benak, ia menduga-duga alasan Luke menyelamatkannya dari Vasrek--atau siapa itu. Mungkin ia ditakdirkan menjadi pasangan Luke. Bukankah werewolf percaya adanya jodoh dari dewa mereka? Ah, pasti begitu. Tessa tersenyum-senyum sendiri. Ia tak keberatan hidup bersama werewolf, apalagi yang setampan Luke.

Gaun Tessa sudah terbuka sepenuhnya. Ia berbalik dan mendapati Luke tengah memandangnya. Lelaki itu masih mengenakan celananya.

Tessa mengaitkan sehelai rambutnya ke belakang telinga dengan menggoda. Ia telanjang bulat. "Bagaimana menurutmu?" tanyanya malu-malu.

Luke mengangkat satu alisnya. "Apa yang harus kukomentari?"

Tessa mengerjap bingung. "Tubuhku."

Luke mengernyit. Ia menaruh tangannya di pinggang, mengamati tubuh Tessa dengan serius. "Terlalu kurus. kalau dipanggang bakal alot. Untuk anjing yang kelaparan, bolehlah, tetapi untuk serigala sepertinya kurang. Kurasa bakal kurang cocok kalau dipadukan dengan saus BBQ."

Mulut Tessa menganga mendengar jawaban lelaki itu. Ia sampai kehabisan kata-kata.

Luke menyahut baju dari almari dan melemparnya pada Tessa. "Pakai baju itu dan tinggalkan gaunmu di kamar ini. Biar mereka mencium jejakmu sampai di sini. Setelah itu temui aku di bawah dan kita pergi. Mengerti?"

Setelah bicara seperti itu, Luke meraih kemeja baru dari almari dan keluar. Ia menutup pintunya agak sedikit lebih keras.

Tessa yang kini sendirian pun terbengong-bengong oleh respons sang werewolf. "Apakah aku tampak seperti kumpulan tulang dan daging di matanya?" gumam gadis itu. "Sialan!"

Ia mengerang, menumpahkan kekesalannya. Ia menendang onggokan gaunnya dengan brutal. "Dasar serigala tak berperasaan!" Ia tak pernah bertemu lelaki seperti Luke. Selama ini, di Grimvale, ia banyak menggoda laki-laki. Walau akhirnya tidak sampai tidur dengan mereka karena peraturan desa, tetapi setidaknya, mereka mengeluarkan liurnya begitu melihat belahan dada Tessa. Namun, Luke ...? Astaga, Tessa frustrasi karenanya.

Setelah mengenakan baju yang dilempar padanya tadi, Tessa keluar kamar. Wajahnya masih cemberut. Baju yang diberi Luke tadi bukan gaun, melainkan kemeja, rompi, dan doublet panjang serta celana panjang yang sedikit longgar. Pakaian itu mirip pakaian yang dikenakan oleh laki-laki, tetapi Tessa tak punya waktu untuk mengeluh. Ia terlalu marah dengan penolakan Luke tadi.

Gadis itu kemudian turun ke bawah dan mendapati Luke tengah berbisik serius dengan seseorang. Saat ia mendekat, orang tersebut pergi.

"Ada apa?" tanyanya penasaran.

Alih-alih menjawab, Luke menyapukan pandangannya ke sekeliling lobi penginapan. Ia lantas menarik Tessa keluar penginapan. "Kita harus segera pergi. Varek tahu kita di sini dan berencana akan menyergap kita ketika keluar dari desa ini besok."

Redemption of Fallen AlphaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang