“Chan, maen yok ke sungai.” Ucap Nana sahabat Haechan
“Ya ampun, siang siang bolong begini?”
“Iya, ndakpapa lah. Biasanya juga jam segini kita main.”
“Yaudah bentar, aku mau siap siap dulu.”
Haechan dan Nana berjalan menuju sungai, bebatuan yang mendominasi. Sungai kecil dengan aliran air cukup deras itu adalah tempat masa kecil Haechan dan Nana dahulu setiap hari. Mereka duduk di salah satu bebatuan sembari menjulurkan kaki mereka ke dalam sungai sembari menikmati dinginnya air yang mengalir.
“Lusa aku ke kota buat skripsian akhir aku, kamu gapapa kan aku tinggal? Ada mas Jovan juga toh.”
“Berapa lama? Jangan lama lama, aku ndak punya temen loh.”
“Itu ada orang kota yang katanya lagi deketin kamu.”
Haechan mengerutkan keningnya, “siapa atuh? Perasaan ga ada.”
“Elehh.. aku tau ya dari mas Jovan, keponakannya pak kades kan? Aduh siapa ya namanya? M-mark? Iya ga sih?”
“Oh, ga kok. Dia cuma temen biasa, mas Mark sering nonton aku manggung makanya aku kenal.”
Nana memutar bola matanya malas, “biasanya juga banyak yang nonton tapi yang deket cuma satu.”
“Apa sih, na!”
“Ini ya, tak kasih tau kamu. Jangan sampe kamu jatuh cinta sama dia, meski ganteng kita ga tau aslinya. Siapa tau dia udah punya istri di kota sana, kamu mau jadi simpenan? Lagian chan ga ada orang kota tiba tiba datang terus suka sama biduan desa yang ga berpendidikan kayak kamu! Paling mentok cuma di manfaatkan doang.”
Ucapan Nana tidak pernah Haechan ambil hati, karena setiap laki laki yang dekat dengan Haechan selalu Nana ingatkan hal itu. Nana mengatakan hal itu juga supaya ia sadar kalo dirinya tak ada apa apanya dan agar bisa lebih hati hati. Tapi, bukan kah Mark nampak tulus padanya?
“Hm, iyaa. Tapi, kalo seandainya dia beneran suka? Kamu ga pernah ya liat dongen seorang putri di jemput oleh pangeran yang bener bener tulus sama dia.”
“Itukan dongeng! Di dunia nyata ga ada, chan.”
—°°—
Haechan dan Jovan menaiki motor menuju tempat makan, di perjalanan mereka melihat ladang yang kemarin masih hutan kini sudah bersih.
“Itu, mas Mark kan?” Tanya Haechan pada Jovan
“Iya kayaknya, proyeknya udah selesai mungkin.” Jawab Jovan
Mark yang tengah berberes kini menoleh ke arah samping jalan, ia melihat Haechan dan Jovan tengah turun dari motor. Ia tersenyum manis kala matanya bertatapan dengan si manis biduan desa itu.
“Mau kemana?” Tanya Mark pada Haechan
“Cari makan, mas. Buat sore nanti.” Jawab Haechan
“Nanti malem ke rumah aja, mas udah selesai proyek jadi malam ini mas traktir orang rumah buat ngerayain. Kamu datang ya sama Jovan.” Ucap Mark
“Eh, ndak usah mas—
“Nanti saya jemput, Haechan.” potong Mark cepat.
Haechan menoleh ke arah Jovan, sementara Jovan mengangguk pelan. “Mas ga bisa datang, dek. Soalnya mau siap siap ke kota lusa, mau siapin banyak berkas.”
“Yaudah deh.”
“Nanti malem siap siap ya?” Haechan mengangguk pelan.
Pukul 19:00 malam, Haechan sibuk menyiapkan baju dan memilih untuk memakai baju apa yang cocok untuk datang ke rumah pak kades? Rasanya semua bajunya jelek, Haechan memang tidak pernah membeli baju dan jika ada baju yang lumayan bagus pun itu pemberian Jovan dan Nana.

KAMU SEDANG MEMBACA
BIDUAN
FanfictionHaechan adalah seorang penyanyi di sebuah desa, ia sering manggung di berbagai tempat setiap malam. orang orang terpikat pada suaranya bahkan parasnya yang sangat cantik. meski begitu, Haechan tidak mudah luluh pada semua laki laki yang selalu memba...