EXTRA CHAP 1!

255 44 24
                                    

Selamat membaca semua...
Jangan lupa Vote & Coment disetiap paragraf yaa!!

.
.
.
.
.
"Happy!"
.
.
.
.
.

Hari demi hari telah dilalui dengan perasaan bahagia dihati setiap anggota keluarga, bahkan beberapa hari lalu sang pangeran kesayangan sudah dinyatakan sembuh total setelah menjalani masa pemulihan pasca komanya.

"Ayah, kita pamit dulu" ucap Jemian mewakili kedua saudaranya.

Davidson mengerutkan dahinya bingung, "Mau kemana? Adek baru sembuh lo, Jem".

"Kita cuma keliling danau kok, Yah. Ini juga permintaan Adek" jawab Hugo yang diangguki oleh Jorell.


Ahhiya! Persoalan tentang Jorell yang kini dipanggil "Adik" sudah tak dihiraukan lagi oleh Jorell. Selagi itu tak menganggunya, maka ia akan membiarkan hal tersebut. Lagi pula, semakin dilarang maka anggota keluarga akan semakin gencar menggodanya.

"Mereka udah janji sama Jorell, Yah" ucap Jorell. Omong-omong anak itu sudah mulai banyak berbicara pada anggota keluarga sekarang, namun ketika bersama orang lain sikapnya masih sama. Dingin.

Davidson tersenyum, tangannya terangkat untuk mengusap surai hitam milik ketiga putranya satu persatu. "Oke, jangan terlalu capek tapi ya?".

Jorell mengangguk lucu, membuat Davidson langsung mencium pipi Jorell yang terlihat sudah tembam itu.

"Adeknya dijaga ya, Bang?".

Hugo dan Jemian kompak mengangguk, "Pasti, Yah" ucap Hugo.

"Yaudah, hati-hati para toddler-nya Ayah".

"Ishh, kita itu udah gede tau Ayah. Bukan anak umur 1 sampe 3 tahun lagi" gerutu Jemian.

Davidson tertawa pelan, "Iya deh iya, Abang Jemian".

Jemian tersenyum senang, "Udah ya Ayah, kita pergi dulu. Bye-bye, Ayah!" ucap Jemian senang, kemudian menarik tangan Jorell dan Hugo untuk segera pergi.

Davidson mengangguk dan terus memandangi ketiga putranya, "Kalian gak berubah, kalian masih seperti anak seusia 1 sampe 3 tahun yang selalu mencari masalah dengan Ayah" ucap Davidson. "Semua sudah berdamai, namun tingkah laku nakal kalian itu gak hilang. Lalu kalian tidak mau disebut toddler?".

"Itulah ciri khas dari tiga pangeran tengah mu, David".

Davidson mengalihkan pandangannya, lalu tersenyum saat melihat siapa yang mengajaknya berbicara. "Ayah..." panggilnya.

Aldemour tersenyum, "Ya, Putraku?".

Davidson mendekat lalu memeluk Aldenour, "Ayah, David bahagia tapi rasa rindu David pasa Tsafira gak mau hilang" ucapnya.

Aldenour membalas pelukan itu, "Lihatlah, tadi kamu bilang ketiga cucu Ayah masih seperti anak-anak. Tapi kamu juga bersikap seperti anak-anak" ucap Aldenour, membuat Davidson tertawa pelan. "Kamu bilang kalau kamu rindu Tsafira dan kamu meluk Ayah, maka rasa rindu itu sedikit berkurang kan?" tanya Aldenour.

Davidson tanpa ragu mengangguk.

"Maka peluk Ayah setiap kamu merindukan putri Ayah. Tapi setelah itu kamu harus kembali menjadi kuat didepan cucu Ayah. Jadilah Ayah yang bijaksana, yang selalu tersenyum dan menyayangi putra mu. Kapan pun dan dimana pun" ucap Aldenour.

Davidson mengangguk, "Terima kasih, Ayah. Tolong jangan tinggalkan David...karena David tak akan bisa berdiri dengan tegak kalau Ayah kembali meninggalkan David".

He's The Hidden Prince || ComplateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang