Sorry for typo because typo is manusiawi🙏
Tanpa terasa satu bulan telah berlalu. Kabar menghilangnya Atha sang jenius mendadak menjadi berita heboh di seluruh kampus. Sang ayah pun berakhir berkali-kali mendapatkan surat panggilan dari kampus. Jika dalam waktu kurun dari seminggu Atha tidak masuk kampus maka Atha terancam mengulang yang sudah tak terbentung akhirnya ia memutuskan untuk melacak keberadaan si bungsu, Atha.Sedangkan di sisi lain, Atha tengah merapikan meja yang kini berantakan karena ulahnya. Tangannya sibuk memilah-milah cairan dan bahan baku lainnya yang dia butuhkan untuk membuat penawar.
"Gue masih nggak ngerti, kenapa lo effort banget buat bikin ginian sampai rela nggak masuk kampus sih, Tha? Padahal lo gini pun nggak bakal dapat duit segepok," cerocos Sasa yang kini mendudukkan dirinya di sofa apartemen baru milik Atha.
Atha sempat menghentikan gerakan tangannya sebentar sebelum akhirnya dia berucap, "Ya mah gimana lagi? Itu kan murni salah gue masa gue nggak tanggung jawab?" Decakan kasar keluar dari mulut Sasa, tidak habis pikir batinnya.
Setelah selesai merapikan meja, tangan kanan Atha meraih botol kecil cairan berwarna merah dan ia amati dengan detail.
"Gue nggak akan tahu kan kalau nggak coba," gumamnya pelan tanpa didengar oleh Sasa.
Dirinya pun menyimpan botol itu di tempat yang aman berharap tidak akan hilang atau pun rusak.
"Duduk sini, Tha!" panggil Sasa seraya menyalakan televisi.
Atha pun menurut, dia dudukkan dirinya di single sofa. Hal itu langsung saja mendapatkan desahan pasrah dari Sasa.
"Ini samping gue kosong loh, Tha. Jauh amat lo duduknya."
Atha mengusap lengan kirinya pelan sambil matanya yang sibuk bergerak gelisah.
"Maaf, gue cuma belum nyaman," ujarnya tak enak hati membuat Sasa lagi-lagi menghela nafas.
"Pasti karena kejadian satu bulan lalu kan? Gue tahu kok, Tha. Cuma emang lo orangnya aja yang nggak bisa terbuka. Kalau lo udah siap, langsung cerita ke gue aja ya."
Mendengar hal itu rasa tak enak dalam hati Atha rasanya meningkat. Ingin rasanya dia ceritakan semua yang terjadi padanya satu bulan lalu hingga berakhir pindah apartemen.
Nyatanya ia tak bisa. Rasanya setiap ia akan bercerita dirinya seolah ditarik kembali pada kejadian paling mengerikan dihidupnya. Kejadian yang terus membuat ia tak bisa tidur tenang karena terus terbayang-bayang akan hal yang ia alami.
"Ck, udahlah gausah sedih-sedih. Pesen dessert yuk, kebetulan nih gue lagi pengen makan yang manis-manis," kata Sasa berusaha mencairkan suasana.
Atha yang tersadar dari lamunannya pun hanya mengangguk singkat. Dapat ia lihat Sasa yang kini sibuk mengotak-atik ponselnya guna memilih dessert apa yang cocok untuk mereka beli sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Erga
Teen Fiction"Gue gak mau tahu! Pokoknya lo yang urus ini bocah!" "Lah, anjir? Ini gimana ngurusnya? Gue belum pernah ngurus bokem anjir." Dan dari situlah semua masalah dimulai. . . . Tertarik? Yuk langsung baca, jangan lupa vote and komen yah😉 [DON'T COPY]...