Seperti biasa, 25 vote+15 komen
Sorry for typo because typo is manusiawi🙏
Nevan menggeliat dalam tidurnya kala dirasa hari sudah pagi. Ia mengambil ponsel yang ia letakkan di atas nakas samping ranjang, mengecek jam yang ternyata waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi.
Dirinya sekilas menoleh pada Erga yang kini masih lelap dalam tidurnya dengan posisi terlentang dan dot yang senantiasa berada pada mulutnya.
Nevan pun beranjak bangun, menuju kamar mandi, lantas menuju dapur guna memasak. Ya, perutnya agak lapar sebenarnya.
Dengan telaten ia mengambil bahan makanan yang akan dirinya masak. Sampai tiba tiba terdengar seseorang menekan sandi apartemen milik Erga membuat Nevan sedikit mengangkat alisnya heran.
Klek
"Baru bangun ya lo?" tanya orang tersebut yang tak lain adalah Argan.
"Gue kira siapa tadi njir." dumel Nevan melanjutkan acara memasaknya tanpa menghiraukan Argan.
Argan pun berdecak kecil, lalu dirinya menghampiri Nevan yang masih berkutat pada beberapa alat di dapur.
"Dah kelar urusan kampus lo?" tanya Nevan basa basi.
"Udah. Bikin janji gue semalem ama dosen, makanya cepet kelar nih tugas gue." jelas Argan.
"Si bocil mana?" tanya Argan heran kala dirinya tak mendapati Erga di sekitarnya.
"Masih tidur tuh. Jam tiga rewel dia, kebangun minta makan." tutur Nevan diangguki oleh Argan.
"Bangunin sono! Udah siang ini, nih makanannya juga udah mau jadi." ujar Nevan dibalas deheman singkat oleh Argan.
Dengan tas yang masih ia gendong, Argan pun menuju kamar milik Erga guna membangunkan sang empu.
"Gemes amat anjir." gumam Argan menatap Erga yang masih pada posisi yang sama, tangan di samping kanan dan kiri kepala serta dot yang masih menempel pada mulutnya.
Dengan segenap kegemasan pada Erga kecil, Argan pun dengan perlahan naik ke kasur mendekati tubuh Erga yang masih pulas tertidur.
"Cil, ayo bangun cil."
Erga bukannya terbangun justru ia hanya menggeliat kecil lalu kembali lelap dalam tidurnya.
"Buset dah. Gak Erga versi gede, gak Erga versi kecil sama aja susah dibangunin." gumam Argan tak habis pikir.
Karena tak ada cara lain, dirinya pun mengangkat Erga dalam gendongannya. Dirinya membawa Erga ke kamar mandi guna membasuh mukanya.
"Uhh!" protes Erga sembari menjauhkan tangan Argan yang terus membasuh wajahnya dengan air dingin.
"Dinin!" keluh Erga dengan bibir melengkung ke bawah.
Agar tetap aman, maksudnya agar dirinya selamat dari amukan Nevan karena Erga menunjukkan tanda tanda akan menangis, dengan cekatan Argan sedikit berlari kecil lalu menyerahkan Erga pada Nevan yang sepertinya tengah sibuk membuat susu untuk Erga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Erga
أدب المراهقين"Gue gak mau tahu! Pokoknya lo yang urus ini bocah!" "Lah, anjir? Ini gimana ngurusnya? Gue belum pernah ngurus bokem anjir." Dan dari situlah semua masalah dimulai. . . . Tertarik? Yuk langsung baca, jangan lupa vote and komen yah😉 [DON'T COPY]...