Hollaaa! Jangan lupa vote dan tinggalkan komentar 🍒
Happy reading 🐣°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°
"Pertahankan dan berbaiki apa yang kita miliki, bukan mencari yang baru dan membuang yang lama."
°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°
Pagi ini diawali dengan Jion yang sedang berkutat di dapur membuat bubur nasi dengan suiran daging ayam, potongan daun bawang dan taburan bawang merah goreng.
Jangan kira Wanda becus dalam memasak seperti dimimpi Jion ya, karena nyatanya perempuan itu hanya bisa memasak makanan sederhana saja. Itu pun karena tuntutan saat Wanda mulai tinggal di rumahnya sendiri bersama dua sahabatnya.
Jadilah sekarang Jion yang turun langsung ke dapur untuk membuat sarapan, sebenarnya Jion juga tidak terlalu becus dalam memasak. Tapi Jion jagonya dalam membuat bubur, karena bundanya pernah mengajarinya cara membuat bubur terenak resep turun-temurun keluarganya.
Wanda menatap punggung kokoh milik Jion, senyum tipis tersungging di bibirnya. Wanda tidak sabar membuat Jion tunduk padanya dan tidak berani melakukan hal yang memancing emosinya lagi.
Jion berbalik untuk membawa dua mangkuk berisi bubur yang tampaknya sangat menggiurkan itu, Wanda kembali menunjukkan wajah datarnya.
"Apa lo yakin ini bisa dimakan?" pertanyaan itu membuat Jion sedikit sedih, sepertinya Wanda tidak suka dengan masakannya.
"Ah s-sepertinya Jion buang saja buburnya, nanti Jion pesan makanan lewat online untuk dimakan." Jion kembali menarik mangkuk di hadapan Wanda dan ingin membuangnya kebelakang tapi tangannya di tahan oleh Wanda.
"Gue udah laper." Wanda menarik kembali mangkuk berisi bubur itu lalu memakannya dengan lahap, Jion memperhatikan bagaimana Wanda menikmati masakan buatannya.
Jion tersenyum melihat sudut bibir Wanda yang kotor terkena bubur, ia mengalihkan pandangan dan langsung menyantap bubur bagiannya.
Jion tidak berani membersihkan sudut bibir Wanda saat kondisi hubungan mereka yang kurang baik. Ah? Hubungan ya? Hubungan apa? Wanda bukan pacarnya, mereka tidak pernah saling mengajak berpacaran.
Hubungan ini seperti sekedar komitmen saja, tidak memiliki ikatan yang jelas. Jion sadar, Wanda mungkin malu jika berpacaran dengannya yang cupu ini.
Wanda sudah selesai dengan sarapannya, ia melihat Jion hanya termenung menatap bubur dengan tatapan kosong.
"Jangan melamun, apa yang ngebuat lo bingung?" bagaimanapun Wanda tetap khawatir melihat Jion seperti itu, apa dirinya keterlaluan karena sering sekali meluapkan emosi kepada Jion.
Oh ayolah? Wanda emosi hanya saat Jion melakukan apa yang ia larang, selebihnya Jion mendapatkan seluruh perhatian darinya.
"Wanda, hmm Jion mau tanya. Tapi Wanda jangan marah, janji?" Jion tak tahan dengan segala fikiran negatif yang ada di kepalanya, ia memutuskan untuk mencari jawaban langsung dari sosok yang membuat banyak berfikir akhir-akhir ini.
Wanda menaikkan satu alisnya pemasaran, lalu tersenyum tipis "Tergantung." jawaban Wanda membuat Jion menelan ludahnya susah payah.
"Jion minta maaf sama Wanda sebelumnya karena belum bisa jadi penurut, Jion janji ga mengulangi lagi dan sebenarnya yang buat Jion kepikiran itu hmm–" Jion berhenti sejenak untuk memilih kalimat yang pas.
"K-kita ini apa?" suara yang terdengar ragu-ragu itu membuat perut Wanda sedikit geli. Ternyata Jion-nya ini meminta kepastian darinya, Wanda sedikit berfikir apakah Jion tidak nyaman dekat dengannya tanpa status?
KAMU SEDANG MEMBACA
The Nerd Boy Is Mine!
Teen FictionTentang perempuan cantik berjiwa psycopat yang bekerja sebagai pesuruh gelap, ditemani dengan dua sahabatnya. Kehidupannya yang tadinya datar saja, kini mulai sedikit berubah. Sebab, pertemuannya dengan laki-laki nerd secara tidak sengaja. Iya! Si n...