‼️‼️‼️‼️🔞🔞🔞🔞🔞‼️‼️‼️‼️
.....
Setelah perjalanan pulang yang terasa panjang, mereka akhirnya tiba di kediaman keluarga Barnard yang megah. Begitu mobil berhenti, Karin merasa matanya tertuju pada rumah besar itu dengan perasaan campur aduk.Ini rumah barunya, tempat yang harus ia sebut rumah, tetapi setiap sudutnya terasa asing dan penuh tekanan.
Leon keluar terlebih dahulu, tak berkata sepatah kata pun, dan berjalan menuju pintu depan. Karin mengikutinya dengan langkah pelan, dan begitu mereka tiba di depan pintu, seorang pelayan rumah Barnard menyambut mereka dengan penuh hormat.
Namun, sebelum mereka sempat melangkah lebih jauh, sosok Kay muncul di ujung tangga besar. Adik Leon yang selalu tampak tenang, wajahnya tetap datar, namun matanya yang tajam seolah mengukur Karin dari atas hingga bawah. Ada keheningan yang menyelimuti udara begitu Kay menyapa.
"Selamat datang di rumah keluarga Barnard, Kakak ipar," ucapnya, suaranya tenang namun seolah ada sesuatu yang tersembunyi di balik kata-katanya.
Karin memberikan senyum tipis, meski ada rasa aneh yang menyelinap di dalam dirinya. "Terima kasih, Kay."
Kay menatapnya lebih lama dari yang diinginkan Karin. Ada semacam ketertarikan tersembunyi, atau mungkin hanya rasa ingin tahu. Mungkin juga keduanya.
Namun, sebelum situasi menjadi lebih canggung, Leon memotong dengan nada yang lebih tajam, seolah memperingatkan adiknya tanpa harus mengucapkan banyak kata. "Tidak perlu menyambutnya," ujar Leon dengan nada datar, meskipun jelas ada ketegangan yang terbaca di wajahnya.
Kay hanya mengangguk dengan santai, matanya tetap menatap Karin tanpa sedikit pun berpaling. "Ini bentuk penghormatan untuk anggota keluarga yang baru," jawabnya, suaranya tenang, namun ada sesuatu yang tak bisa Karin mengerti dari caranya berbicara. Seolah ada sesuatu yang tersembunyi di balik kata-katanya.
Karin merasa sedikit canggung, matanya teralihkan ke Kay yang terus menatapnya. Ada ketertarikan yang jelas terlihat, meski disembunyikan di balik senyum tipis Kay.
Namun, bukan hanya itu yang membuat Karin merasa tidak nyaman; ada sesuatu di udara yang terasa lebih berat, sesuatu yang hampir tak bisa dijelaskan.
Kay bukan hanya sekedar penasaran. Sepertinya dia sedang mengamati sesuatu yang lebih dari sekadar penampilan.
Leon yang melihat hal ini langsung bergerak lebih dekat, suaranya berubah tajam, mengingatkan adiknya dengan tegas. "Kay, jangan membuat ulah."
Kay mendongak sedikit, menatap kakaknya dengan wajah tenang. "Tenang saja, Kak Leon. Kamu terlalu paranoid," jawab Kay, suaranya datar namun tetap terasa ada sedikit tantangan dalam nada yang tak terlihat langsung.
"Saya tidak suka ada yang mengganggu milik saya," kata Leon, suaranya lebih rendah dan penuh ancaman.
Kay menatap Leon dengan pandangan yang sulit dibaca. "Aku hanya memastikan dia merasa diterima dalam keluarga ini," jawabnya dengan nada datar, namun ada ketajaman yang terselip di antara kata-katanya.
Leon menatap adiknya dengan tajam, mata dinginnya.
"Jangan sia-siakan tenagamu. Saya tidak butuh itu." Suaranya tegas, nyaris menggema di ruangan sempit itu. Ketegangan di antara mereka begitu nyata, seperti bara api yang belum padam.
Leon bergegas menarik tangan Karin menjauh dari Kay, masuk ke dalam rumah. "Masuk!" kata Leon dengan tegas, meskipun tidak ada kehangatan dalam suaranya.
Mereka berjalan melewati lorong panjang menuju kamar utama. Sebelum pintu kamar tertutup, Kay berdiri di sana, masih memandang Karin dengan ekspresi yang sulit diterjemahkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Je T'aime
Romance"Kamu harus tahu saya tidak menyukai hal-hal kasar, tetapi dalam beberapa situasi saya tidak akan memberikanmu pilihan" ~ Leon Alexander Barnard ~ .... REMINDER ADEGAN DEWASA ‼️‼️🔞‼️‼️ YANG DIBAWAH UMUR, DOSA TANGGUNG MASING2 🤸🤸