‼️🔞‼️
....
Leon dan Karin melangkah menuju lounge VIP yang hanya dapat diakses oleh mereka yang memiliki hak istimewa. Ruang tunggu eksklusif itu dipenuhi dengan desain modern yang mengesankan, dari karpet lembut berwarna gelap hingga pencahayaan yang lembut, menciptakan atmosfer penuh kenyamanan dan kemewahan.Leon berjalan dengan langkah percaya diri, mengenakan jas gelap yang menekankan postur tubuhnya yang tegap. Di sebelahnya, Karin tampak memukau dalam gaun hitam elegan, rambut hitamnya yang tergerai sempurna berpadu dengan makeup minimalis yang membuat wajahnya terlihat tajam dan anggun.
Namun, meski penampilan mereka serasi dalam kesempurnaan, Karin merasa ada sesuatu yang tak bisa diabaikan dari kehadiran Leon. Ada ketegangan di udara-sebuah ketertarikan yang membara meski ia berusaha untuk tidak terlalu terlihat terpengaruh.
Ia bukan wanita yang mudah terpesona, namun Leon, dengan caranya yang tenang dan dominan, selalu berhasil membuatnya merasa seperti di ujung jurang ketertarikan yang tak bisa ia hindari.
Mereka duduk di salah satu sofa empuk dengan pemandangan landasan pacu. Sebuah keran parfum mahal tercium dari tubuh Leon, yang membuat Karin semakin sadar akan keberadaannya.
"Kamu tidak harus khawatir," Leon berkata, suara rendahnya menggetarkan, "Kita akan aman sampai di Paris."
Karin menatapnya tajam, sebuah tatapan penuh pertanyaan yang seolah meminta Leon untuk memberikan lebih banyak dari sekadar kata-kata.
"Aku bukan orang yang mudah dipengaruhi," jawab Karin, menantangnya tanpa ragu.
Leon tersenyum tipis, senyum yang seolah tahu persis bagaimana caranya membuat Karin merasa gelisah.
"Saya tidak akan memaksa. Tapi saya rasa, kamu mulai merasakannya juga, bukan?" jawab Leon dengan nada yang lebih dalam, seolah menguji batasan mereka berdua.
Karin menggigit bibir bawahnya, menahan dorongan untuk membalas dengan kata-kata tajam, tapi hatinya berdegup lebih cepat. Ia berusaha menahan ketegangan yang mulai menggelora.
"Aku tidak mudah terbawa perasaan," jawab Karin lagi, namun kini lebih lembut.
Leon hanya menatapnya, tak ada yang perlu dijawab. Ia tahu betul bahwa meski Karin berusaha mempertahankan kontrol dirinya, ketegangan di antara mereka telah menjadi sesuatu yang lebih dari sekadar perasaan.
Sesuatu yang, meski Karin tak mengakuinya, membuatnya semakin tergoda.
Lalu, saat pengumuman keberangkatan pesawat terdengar, mereka beranjak menuju pesawat jet pribadi yang menanti di apron. Pesawat mewah dengan interior serba putih dan perabotan kulit hitam mengkilap menyambut mereka. Ketika mereka memasuki pesawat, kabin yang pribadi dan tenang memberi mereka ruang untuk lebih dekat, tanpa gangguan, tanpa batasan.
Leon duduk di sebelah jendela pesawat, matanya tak pernah lepas dari Karin yang duduk di seberang ruangan kecil, menghadap ke arah layar hiburan. Sebuah ruang yang cukup pribadi, dilengkapi tirai penutup, seolah hanya ada mereka berdua di dunia ini.
Karin melirik ke luar jendela, menikmati pemandangan awan yang terbentang luas, tetapi pikirannya terus melayang. Tidak pernah ia bayangkan akan berada di pesawat menuju kota impian ini, bersama seorang pria yang bisa membuatnya merasa terganggu dalam setiap detik.
Leon tidak langsung berkata-kata, namun matanya yang tajam memperhatikan setiap gerak tubuh Karin. Ada ketegangan di udara, dan ia bisa merasakannya. Setelah beberapa saat, ia akhirnya memecah keheningan.
"Kamu tidak menyangka, kan?" suaranya rendah, namun jelas terdengar di antara heningnya kabin pesawat.
Karin menoleh, mengangkat alis. "Maksud kamu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Je T'aime
Romance"Kamu harus tahu saya tidak menyukai hal-hal kasar, tetapi dalam beberapa situasi saya tidak akan memberikanmu pilihan" ~ Leon Alexander Barnard ~ .... REMINDER ADEGAN DEWASA ‼️‼️🔞‼️‼️ YANG DIBAWAH UMUR, DOSA TANGGUNG MASING2 🤸🤸