Twenty two

1.1K 100 10
                                    


From: Patrick
Kuperhatikan seseorang belakangan ini selalu murung. Mau menceritakannya?

Aku memutar-mutar ponselku. Masa hanya karena Matt mengabulkan keinginanku di depan publik aku sampai murung begini? Ia pasti bercanda.

Kurasa aku baik-baik saja?

Beberapa menit kemudian ponselku berdering.

From: patrick
Nope. You're not. Mau menemaniku jalan-jalan? Aku lapar dan kulkasku bahkan bisa kumasuki saking kosongnya -_-

Aku terkekeh. Jalan-jalan..baiklah.

Oke jemput aku atau aku akan tidur!

Aku melompat dari kasur. Mengganti pakaianku dengan kaus putih polos berlengan pendek lalu menguncir kuda rambutku.
Beberapa menit kemudian pintu depan diketuk. mungkin ayah yang akan membukakannya.

"Kami akan keluar sebentar, yah" aku mencium pipi ayah yang berdiri di depan pintu.

"Ingat jangan pulang larut malam" Ayah mengacungkan jari telunjuknya. Mungkin kalimat ini ia tujukan untuk Patrcik mengingat aku hanya menemaninya?

"Tentu. Baiklah aku berangkat. Dah ayaah"

Patrick berjalan dibelakangku lalu berlari kecil untuk menyamai langkahku.

"Kalian terlihat sangat akrab"

Aku menoleh, "Begitu?"

Patrick tersenyum, mengangguk. "Aku ingat terakhir kali aku memeluk ayahku. Dia bilang ia bangga memilikiku sebagai putranya.."

Aku memperhatikannya. Pandangannya lurus ke depan, seperti menerawang dengan tangan dimasukan ke saku jaketnya.

"Aku ingat ia pernah berjuang mendapatkan tanda tangan seorang pemain baseball favoritku saat aku kecil dan ia mendapatkannya." Patrick menunduk, terkekeh.

Kurasa aku mengerti sekarang.

"Itu adalah masa-masa yang takkan pernah kulupakan seumur hidupku"

Aku tersenyum, mengusap punggungnya. "I'm sorry.."

Ia mendongak, menoleh padaku dengan senyuman lebar. "Yah lagi pula itu sudah lama sekali. Oh iya kau lapar?"

Aku menepuk-nepuk perutku. "Kurasa ususku baru saja mengatakan ya?"

"Baiklaah....bagaimana dengan masakan jepang? Aku tau masakan jepang yang enak dekat sini."

Aku mengangguk, menyetujui.

Malam ini sangat dingin. Kurasa musim dingin hampir menyentuh daerah kami. Ahh aku sangat tidak sabar untuk kembali ke kanada. Semoga nenek tidak lupa dengan kue-kue kesukaanku, dan laura! Aku bahkan belum menjawab satupun pertanyaannya dari beberapa hari lalu. Pesan-pesannya juga kuabaikan. Bukan tanpa alasan aku melakukan ini, tapi ia benar-benar membanjiriku dengan puluhan pesan.

Udara malam mulai menusuk kulitku dan sialnya aku lupa membawa jaket. Jadi kuusap-usap lenganku dengan telapak tangan untuk mengurangi rasa dingin.

Patrick melirikku. Ia melepas jaket yang dikenakannya lalu membungkuskannya di tubuhku.
Aku sempat tersentak saat lengannya merangkulku untuk memakaikan jaketnya padaku tapi kurasa ia tidak menyadarinya.

"Thanks" aku tersenyum.

"Lain kali jika kau ingin keluar malam-malam begini setidaknya kenakan pakaian panjang! Huu dasar kutu buku! Oh biar kutebak. kau pasti tidak pernah keluar malam ya kan?" Patrick mengerutkan keningnya. Aduh apa ia serius dengan pertanyaannya?

Don't Touch He's Mine !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang