Eighteen

1.2K 106 15
                                    

-AshleyPOV-

Aku heran bagaimana bisa ayah begitu sibuknya sampai tidak menanyakan keadaanku ketika anak satu satunya ini diculik oleh seorang viner idiot ke sebuah pantai entah berantah. Dan baru sampai malam harinya.

Jadi disinilah aku dengan laptop dan cemilanku, mengerjakan tugas sekolah yang sempat tertunda beberapa kali. Tadi Matt datang untuk memberikan barang-barangku yang kutinggal di sekolah lalu pergi begitu saja dan itu bagus.

sepertinya besok aku harus melakukan tes susulan yang artinya aku akan pulang lebih akhir. Ah andai Matt tidak menculikku begitu saja aku tidak perlu melewatkan banyak hal di sekolah seperti ini.

kudengar pintu depanku beberapa kali diketuk dari luar. Kukira ayah akan pulang besok? aku turun dari kasur untuk membukakan pintu.

Oh itu patrick. malam malam begini?

"Hai pat." sapaku.

Ia tersenyum lebar, sambil menghembuskan nafas keras. kenapa dia?

"Hai. uhmm...apa aku mengganggumu?" Katanya agak kikuk.

lalu aku sadar kami masih ada di ambang pintu, "Tidak. Oh kau mau masuk?"

"tidak tidak. Aku hanya uhm..tadi aku tidak melihatmu di sekolah saat makan siang. kau tidak masuk hari ini?" Tanyanya dengan nada serius. aku melihat ke arah tangan kanannya yang membawa sebuah buku.

Ia menyadari pandanganku lalu menjulurkan tangannya untuk memberikan buku itu padaku.
"uhm ini, aku tau kau suka novel dan aku baru ingat aku punya satu yang menurutku keren, kau mau baca?"

aku menerima buku itu. "Tentu akan kubaca. soal tadi.. aku keluar bersama Matt, dan ketika kami kembali kelas sudah bubar. apa aku melewatkan sesuatu?"

Tentu saja, bodoh.

kalau aku tidak salah lihat, senyum Patrick menyurut. digantikan dengan tatapan yang....aku tidak bisa mengartikan.

"kemana?"

dan entah kenapa, aku sangat tidak suka tatapannya yang ini.

"uhm...makan siang.. di luar." Kataku berbohong. Aku mengalihkan pandanganku ke arah novel yang kupegang untuk menghindari kontak mata dengannya.

kenapa jadi sunyi?

aku mendongak untuk memastikan apa patrick masih disini karena ia sama sekali diam.

yah dia masih berdiri di depanku. Dengan melipat tangan di depan dada.

"Itu satu-satunya novel yang sanggup membuatku menangis dengan jahatnya, kalau kau ingin tau"

"What? Kau menangis?" Aku tidak habis pikir Patrick bisa menangis karena novel.

Ia membalikkan badannya memunggungiku, "Oh ayolah jangan menertawaiku begitu... Setelah kau membacanya sendiri kau akan tau."
Ia menghadap padaku lagi.
"Dan aku tidak menangis seperti yang kau bayangkan" lalu ia tertawa.

"Tidak tidak, kau pasti menangis kan? Jadi penyebab suara-suara aneh itu tangisanmu? Haha!"

Kami tertawa, Patrick merapatkan jaket yang dikenakannya.

"Hey dengar."katanya

Seketika aku sedikit mendongak untuk melihat wajahnya yang berubah menjadi serius.

"Jangan pernah bohongi dirimu sendiri, Ashley. Terutama hatimu. Sekeras apapun kau mencobanya, hatimu tidak akan bisa dibohongi"

Aku mengernyitkan dahi, apa maksudnya?

"Kurasa aku harus pulang. Jangan lupa mengunci semua pintu okay? Aku hampir bisa menerobos masuk tadi. Bye ashley"
Sebelum aku dapat mencegahnya, ia berbalik badan lalu berlari kecil menuju rumahnya.

Don't Touch He's Mine !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang