Twenty Four

700 62 13
                                    

Entah kenapa aku panik. Sangat panik. Aku merasa tidak cocok dengan semua pakaian yang kupunya di lemari dan ini baru jam 6.

Matt tadi mengirimiku pesan singkat bahwa aku tidak perlu terburu-buru karena ada beberapa hal yang harus ia lakukan sebelum menjemputku.

Aku justru semakin panik.

Melempar pakaianku plus hanger di lantai, aku mengerang frustasi. entah kenapa si idiot itu tiba-tiba ingin membicarakam sesuatu padaku setelah beberapa hari hanya menganggapku angin?

"Kau baik-baik saja Ash?" Seseorang yang kuyakini adalah ayah menggedor pintu dari luar kamarku.

"Yeah i'm good dad."

"Kau butuh bantuan di dalam? "dari suaranya bisa kupastikan ia menempelkan telinganya di pintu.

"Tidak terima kasih, ayah. aku hanya...sedang mencari pakaian" Sahutku. Kuharap ayah tidak bertemu dengan Matt malam ini, well aku tidak ingin ayah pernah beremu Matt karena ia sangat sok akrab selain semua sifatnya yang membuatku mual.

Akhirnya aku menemukan pakaian yang lumayan cocok untukku (setelah sadar kenapa pula harus memakai baju bagus hanya untuk bertemu Matthew?). lalu beberapa menit kemuian matt muncul di ruang tamu dengan kaus putih dan jaketnya.
Dan dengan mudah ia meminta inin pada ayahku. Tentu saja.

Ia membawa kami ke sebuah kafe lalu memesan dua cangkir latte.

"jadi katakan apa yang membuatmu membawaku kemari" Ucapku melipat tangan di atas meja.

Ia memperhatikanku sejenak, "Uhmm...Aku bahkan tidak tau harus memulainya dari mana." Ujarnya lalu terkekeh.

"Aku datang bukan untuk menunggumu berpikir Matt"

Ia terdiam lalu menghela nafas panjang "Mulai besok aku akan melanjutkan tourku"

Aku mengangkat alis, "lalu apa urusannya denganku?" Aku tidak percaya ia fikir ia perlu memberitahukanku soal ini.

Ia terlihat kecewa dengan jawabanku, mendecak, ia melanjutkan kalimatnya.
"Ayahmu menitipkanmu padaku, Ash. aku tidak bisa begitu saja melepas....tanggung jawabku"

Aku tersedak, terbatuk-batuk sampai orang di bangku sebelah kami menoleh. what? menitipkan? Ayah pasti bercanda.

"Untuk apa Ia menitipkanku padamu?"

"Kau sakit, Ashley. Apa kau tidak tau? Dan penyakitmu bisa sewaktu-waktu kembali."

"Wait wait tunggu dulu kau pasti bercanda kan? penyakit? Tidak ada yang memberitahuku soal penyakit?" Kataku dengan nada cukup tinggi. Kukira aku hanya kelelahan dan sedikit asma yang sama sekali bukan masalah.

"well mungkin ayahmu tidak ingin kau terbebani dengan itu. Tapi kurasa ini sudah waktunya kau tau, Ashley kau menderita leukimia stadium awal. Dan ayahmu mempercayaiku untuk menjagamu selama ia tidak ada dan..-"

Aku tersentak. Leukemia??? I fucking have a leukemia ?? Tapi sejak kapan? Dan kenapa aku baru tau? But karena ada hal yang perlu ia jelaskan dan aku lebih penasaran dari masalah penyakitku so I go,
  "Well kalau begitu kau sudah tidak perlu repot-repot menjagaku lagi karena semua orang termasuk ayahku pasti telah mengetahui tentang kebohongan yang kita buat waktu itu iya kan? Mungkin ayahku menitipkanku padamu karena yang ia tau kau adalah pacarku." Aku tersenyum tipis.

Matt seketika terdiam. Mungkin aku terlalu berlebihan menanggapi permainannya. Tapi ia juga tidak bisa seenaknya membahayakan keselamatan orang yang direpotkannya ini. Bagaimanapun ia membuatku hampir dibenci semua orang.

Ia terlihat lelah, meskipun cahaya disini tidak terlalu terang namun cukup membuatku melihat kantung  matanya. Well, mengetahui bahwa aku ternyata selama ini mengidap penyakit berbahaya dan satu-satunya orang yang kupunya merahasiakannya dariku, cukup membuatku ingin membakar tempat ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 30, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Don't Touch He's Mine !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang