"Kamu! Kamu sudah merusak semua usaha saya selama ini" orang yang mencegatku itu langsung memaki makiku
"Ma.. Maaf.. Tapi anda siapa ya? Apa salah saya.." Tanyaku takut takut
Orang itu sangat kurus, bertubuh jangkung, dan nampak tanda hitam dibawah matanya
"Salah kamu karna kamu telah menghancurkan hidup saya! Pacar saya minta putus dengan saya, saya dipecat dari hotel ini kamu tau!" Katanya masih memaki makiku
"Sekarang kamu ikut saya! Kamu harus tau akibatnya" katanya lagi lalu menarikku dengan kencang
Aku berteriak minta tolong namun ini masih jam kerja, pengunjung hotel hanya melihat kearahku seakan aku gila, aku melihat kearah satpam yang menjaga gerbang namun nampaknya ia tertidur, jika aku menjadi manager disini aku harus merapikan semua ini
Lelaki itu menyeretku keujung jalan yang sangat sepi, berkali kali aku berteriak dan menarik tanganku agar terlepas darinya namun karna dia laki laki, dia tetap bisa mencengkram tanganku tanpa terasa terganggu, berkali kali aku terjatuh hingga aku lelah dan mengikuti kemauannya
Sampai diujung jalan dia menarikku agar aku jatuh ke tanah yang penuh dengan bebatuan, aku menahan rasa sakit itu dan hanya menangis
Tuhan tolong aku ya Tuhan
Dia mengeluarkan pistol dari dalam sakunya, dia mengarahkan pistol pada kepalaku
"Kau memilih keluar dari hotel itu atau mati ditanganku" katanya lalu mengklik pistolnya (sebelum dipencet buat nembak)
Aku tak bisa berkata kata lagi, semua tubuhku gemetar, apakah ini akhir hidupku? Hidup yang lebih bermasalah dibanding di Sydney?
Aku tak merasakan apa apa lagi selain tubuhku yang melemah dan semua menjadi gelap
-
Aku membuka mataku pelan, sinar matahari menyilaukan mataku
Aku mendapati diri di padang rumput yang sangat luas, di tengahnya berdiri sesosok lelaki yang memakai baju putih, kaus putih, celana putih, dan sepatu berwarna putih, dia seperti malaikat penyelamatku
"Siapa disana? Mengapa aku disini?" Tanyaku setengah berteriak
Dia menoleh kearahku, dia menyeringgai, terlihat bayang bayang wajahnya yang tak dapat kulihat dengan jelas
"Berkatku kamu hidup" suaranya tak asing di telingaku, namun aku tak mengetahui persis siapa pemilik suara itu
"Apa maksudmu?" Tanyaku tak mengerti
Dia hanya menyeringgai, hanya senyuman tipis dan sinis yang dapat kulihat dari wajahnya yang hanya berbayang bayang
Dia mengangkat tangan seakan akan mengusirku, tetapi nampaknya itu berhasil, aku terjatuh lemah diantara rumput rumput hijau ini dan semuanya kembali menjadi gelap
-
Kali ini sinar lampu yang menyilaukan mataku ketika aku membuka mataku pelan, aku merasakan infus yang menusuk tangan kiriku, juga perban perban di kakiku
"Sayang kamu sudah sadar! Syukurlahh" kata mamaku yang suaranya tak asing lagi ditelingaku
Dia menggenggam tangan kananku dan matanya sembab, terlihat garis gelap dibawah mata indahnya itu
Aku mencoba berbicara namun tenggorokanku tak mau bekerja sama denganku
"Queenie, jangan berbicara dulu, kamu baru sadar" mama mengeluarkan air matanya lagi
Ohh apa yang terjadi? Aku tidak mengingat apapun, mengingat kejadian yang membuatku seperti ini hanya membuat kepalaku semakin pusing
"My angel maafkan papa, papa tak menyangka bahwa manager yang papa pecat itu akan menyerang kamu spt ini" kata papa yang berdiri dihadapanku dan tampak kemarahan yang amat dalam dari wajahnya
Astaga aku baru ingat! Lelaki yang tak kukenal ini mencoba membunuhku, aku mencoba merasakan bekas tembakan di sekitar tubuhku
"Kalau saja Ed tidak menyelamatkanmu mungkin.." Papa mengepalkan jari tangannya dengan keras
"Sudah pa, itu tidak terjadi, anak kita baik baik saja"
Ed menyelamatkanku?
[]
Halo readers! Seperti biasanya aku minta maaf kalau bahasaku belum sempurna dan part ini mungkin part yang aneh. Aku juga berterimakasih pada kalian yang mau membaca ceritaku yang makin aneh ini, semoga part sesudah ini bisa lebih baik dan ga seaneh ini lagi
Love,
Cavieee
KAMU SEDANG MEMBACA
My Mr. Stranger
RomanceQueenie Angela Williams, perempuan manis blasteran Amerika-Jawa baru saja menyelesaikan SMA-kuliahnya di Sydney. Ia senang akhirnya dia bisa kembali ke Jakarta, hometownnya. Ia berpikir bahwa di Jakarta hidupnya akan lebih bebas dan menyenangkan apa...