Robbie Pov
"Queenie, bangun, udah nyampe" kataku sambil menggoyangkan tubuh perempuan yang masih tidur didepanku ini dengan lembut, dia tetap cantik jika tidur seperti ini
Ya, aku mulai menyukainya, namun aku terlalu malas untuk mengakuinya, akupun belum yakin akan perasaanku ini
Dia bergerak sedikit tetapi matanya belum membuka, aku lebih mendekatinya dan melepas seatbelt yang dikenakannya diapun merosot sampai ke dadaku, jantungku langsung berdegup kencang, aku tak tau apakah dia bisa mendengarnya atau tidak
"Detak jantungmu.. Cepat" katanya samar samar
Oh tidak dia bisa mendengarnya, akupun langsung mendorongnya dari dadaku, aku tak mau terlihat bodoh didepannya
Tanpa kusadari dia langsung marah padaku, dia memukul perut rataku ini
"Aduh kenapa sih didorong dorong, sakit tau!" Katanya mulai mengoceh, ya sikapnya kembali lagi
"Lagian pake nemplok segala, udah cepet bangun, udah nyampe" kataku sambil menarik narik tangannya
"Ga sabaran amat sih! Baru bangun juga" katanya lagi menatapku dengan mata birunya itu, aku yakin itu bukan soflens
Aku sudah berkata bahwa setiap dia berada didekat orangtuaku aku akan merangkul atau menggandeng tangannya
"Hah? Lo masih tinggal di rumah ortu lo? Gw kira lo mandiri hahahah" ingatku sewaktu kita berada di cafe waktu itu
"Gw terpaksa, gw gaboleh kabur! Dulu gw punya apartemen sendiri, tapi karna ada masalah, gw jadi harus tinggal lagi sama ortu gw" jelasku dengan jujur padanya
"Gapapa, yang penting selama lo jadi pacar gw, lo harus mengabulkan permintaan pertama gw" katanya santai
Sejauh ini hanya satu permintaan yang kuketahui darinya, dia memintaku agar aku mengajarkannya bermain gitar, tidak sulit, ini hal yang sudah kukuasai sejak aku berumur 11 tahun
"Rob, Robby" kata Queenie mengalihkan lamunanku
"Eh, iyaa, ayo masuk" kataku langsung merangkul bahunya, dia tak masalah tapi dia langsung membuang mukanya
"Wahh den Robby sudah pulang nihh" kata pembantu pertama yang berada didepanku saat ini
"Mama sama papa dirumah kan?" Tanyaku memastikan
"Iya, sama ada non Giselle, baru aja sampai kesini" kata bi Erna
Apa? Perempuan psycho itu datang, untuk apa? Berlutut diatas kakiku? Agar aku mau menikah denganku? Tak akan
"Ayuk masuk" kataku pada perempuan yangsedang kurangkul ini
Dia ragu ragu
"Ini siapa den?" Tanya bi Erna
"Pacar saya" kataku singkat lalu langsung menarik Queenie untuk masuk
Ketika membuka pintu perempuan berambut pendek keriting dan berhidung mancung ini sudah berada didalam, dia mamaku
"Robby, ini pacar kamu? Cantik banget, kenapa ga dari dulu aja? Oh ya didalem ada Lala, dia juga mau liat pacar baru kamu" kata mama panjang lebar
Sikapku ini tidak kuwarisi dari mama, aku lebih pendiam, cuek dan tak suka basa basi berbeda dengannya yang ceria, bawel, dan penceramah
Queenie tersenyum pada mama lalu aku mengajaknya untuk masuk ke ruang tamu, disana berdiri perempuan memakai rok mini serta baju tak berlengan berwarna kuning
"Ngapain lo disini?" Tanyaku malas dengannya
Dia hanya menatapku lalu menyeringgai, matanya langsung tertuju pada Queenie, tatapannya sangat tajam
"Yakin lo pacarnya?" Tanyanya dengan suara khas perempuannya itu
Aku melihat kearah perempuan cantik disebelahku, dia hanya diam dan menatap Giselle dari atas kebawah
Tak jauh darinya berdiri papa yang sedang membaca koran, dia memakai jas kantoran namun tak menoleh sedikitpun kearah Queenie
Aku bingung sekarang, aku tak tau harus berbuat apa
"Jangan canggung begini dong, ayo duduk, mau minum apa? Teh, kopi, jus?" kata mama menyuruh kami semua duduk
"Jus stroberi tante" jawab Gisella kegirangan, panggil saja dia Lala
"Air putih saja tante" kata Queenie, gadis bermata biru disebelahku ini
"Lohh kok air putih, kayak Lala dong pesen jus, jangan malu malu sayang, tante ga galak kok" kata mama bawel
"Gausah tante, nanti repot lagi" jawab Queenie tak enak hati
"Udah ada pembantu yang bikinin kok..Siapa namanya?" Tanya mama
"Queenie tante" kata Queenie dengan sopan
"Yakin gamau yang lain Queenie?" Tanya mama lalu tersenyum
"Engga usah tante makasih" jawab Queenie pelan
Aku tak salah memilih perempuan sepertinya
"Bi, bikinin jus stroberi sama air putih ya" teriak mama, "tunggu sebentar ya Queenie, Lala, tante mau kebelakang ngeliat bi Raro bikin minumnya" kata mama lalu melangkah pergi
Pembantu dirumah kami ada 3, satu yang suka membersihkan halaman rumah (taman dan kolam renang) bernama Erna, yang bekerja di lantai satu sebagai penerima tamu, pesuruh, dan membersihkan isi lantai satu bernama bi Raro, dan yang membersihkan lantai 2 dan lantai 3 bernama bi Kaka
Kita bertiga hanya terdiam, namun tak berlangsung lama, aku mendengar suatu kata yang kudengar dari Lala
"Dasar caper" itulah suara kecil yang dibentuk oleh Lala
Nampaknya Queenie tak senang atas ucapannya, "siapa lo? Emang gw gamau bikin mamanya Robby ribet! Elo kali yang caper dateng dateng kesini" katanya langsung marah, wajahnya sama persis ketika pertama kali dia marah padaku
"Gw calon menantunya ok!" Kata Lala dengan suara pelan lagi
Ketika Queenie ingin membalas ucapan Lala lagi, mama dan bi Raro sudah datang membawa minuman yang dipesan, mama tersenyum padaku, pada Lala lalu pada Queenie kemudian dia duduk dibangku kosong
"Jadi kalian bisa ceritakan gimana kalian jadian?" Tanya nama
Astaga pertanyaan ini belum aku bahas dengan Queenie, aku lupa menyuruh Queenie membuat karangannya sendiri.. Bagaimana ini? Apa yang harus kuperbuat sekarang
[]
Terimakasih telah membaca sampai sini! Disini ada tokoh baru alias mantan dari Robby. Maaf ya kalau povnya Robby jelek atau aneh, aku gatau mau nulis kayak gimana lagi.
Love,
Cavieee
KAMU SEDANG MEMBACA
My Mr. Stranger
RomanceQueenie Angela Williams, perempuan manis blasteran Amerika-Jawa baru saja menyelesaikan SMA-kuliahnya di Sydney. Ia senang akhirnya dia bisa kembali ke Jakarta, hometownnya. Ia berpikir bahwa di Jakarta hidupnya akan lebih bebas dan menyenangkan apa...