•Don't Forget to tab Vote and Coment•
🌸🐯🐍🦢🐣
Selamat membaca semua😊
***Tidak apa-apa jika terkadang segala sesuatu nampak menakutkan, jika perasaan cemas, khawatir, dan bingung yang terkadang bercampur dengan tetes air mata yang tak kuasa lagi untuk dibendung itu, datang sesekali berkunjung. Hidup memang terkadang terasa sangat menakutkan, dengan kehadiran luka yang membuat pilu, dan derita yang merenggut asa, Sakura merasa bersyukur karena sejauh ini mampu untuk kuat dan bangkit. Membangkitkan keyakinan dalam diri Sakura mengenai betapa pentingnya hidupnya bagi dunia, bagi orang lain. Bahwa dia sejauh ini telah berkontribusi dengan menjadi manusia yang kuat dan tangguh.
Tapi jika melihat kembali semua usahanya saat ini, ia merasa sangat lelah sekarang. Sekuat-kuatnya perempuan, jika luka yang ia miliki terus di hujam dengan pisau—jangan tanya seberapa hancur Sakura saat ini. Setangguh apapun dirinya, ada titik terendah dimana ia merasa lelah dan frustasi.
Semua keringat, dan segala hal yang telah ia usahakan, untuk apa? Jika rasa sakit terus melekat di dalam dadanya.
Sakura berpikir; semua akan baik-baik saja,
Lalu Ya, dia rasa sejauh ini akan menjadi baik,
Hingga kemudian ini semua membuatnya ketakutan.
Jarinya bergetar hebat, segala adrenalin dalam pembuluh darahnya memompa jantungnya menjadi lebih kencang. Ia berusaha menggenggam kedua tangannya untuk berhenti bergetar, namun apa daya jika keinginannya tidak mampu mengontrol kendali tubuhnya.
Air matanya terjun bebas bersama giginya yang bergemelatup, dengan bibir yang turut bergetar. Tidak , tidak di sini. Kumohon berhenti. Lututnya bergetar karena lemas, tubuhnya limbung dan ambruk di atas lantai, diikuti bunyi tas yang jatuh. Dia meringkuk memeluk tubuhnya.
Nafasnya terengah tak beraturan, mata semakin merah dengan air mata yang keluar semakin deras. Dengan tangan bergetar, ia mengusap wajahnya, menekan mata dengan ujung telapak tangannya.
Ia berusaha mengatur nafasnya, menenangkan diri, meyakinkan dirinya bahwa semua akan baik-baik saja, bahwa rasa paniknya saat ini hanyalah bagian dari segelintir rasa yang harus segera ditekan.
Tidak seharusnya dia membuka sns tadi, tidak seharusnya ia membaca komentar kebencian yang ditujukan padanya. Umpatan dan sumpah serapah yang mereka tujukan padanya hanya karena artikel tak berdasar tentang dirinya.
Oke, semua akan baik-baik saja. Masih banyak orang yang sayang padaku. Tenang, kuasai dirimu Miyawaki Sakura.
Duduk berlutut dia menghapus air mata yang tersisa. Ia mengingat apa yang selalu mamanya katakan saat ia remaja, ketika kehidupan keluarga 48 terasa begitu sulit untuk dirinya. "daijobu, Saki-chan. Mama akan selalu ada bersamamu, memelukmu, bahkan menggenggam tanganmu, apapun yang terjadi mama akan selalu mendukungmu dan melihatmu untuk mekar lebih indah. Angin yang menggoyahkan, tidak akan menyeret pergi kelopakmu yang bermekaran."
Kenangan itu membuatnya sedikit lebih tenang. Serangan panik akhir-akhir ini terlalu sering datang. Semakin hari rasanya ujian Le Sserafim menjadi semakin berat. Semakin banyak pencapaian mereka, semakin banyak pula ujian yang datang kepada mereka. Seperti semakin tinggi pohon, maka semakin banyak orang ingin memotong. Mereka setakut itu dengan pohon tinggi yang mengungguli pohon yang mereka tanam, hingga berbondong-bondong dengan segala cara memotongnya dengan berbagai macam jenis pisau.
"Apa kau baik-baik saja?"
Sakura mendongak, mata secoklat kenari menatapnya dengan kilat khawatir dibalik kacamata. Bahunya yang lebar memblokade cahaya yang masuk ke dalam lift. Ia tidak sadar jika lift telah terbuka dan mengizinkan pria ini masuk ke dalam.
![](https://img.wattpad.com/cover/335590838-288-k329276.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Only You: The Turth of Love
FanfictionPerjalanan karir panjang membawa Sakura menapakkan kakinya kembali di Negeri Gingseng (Korea Selatan). 10 tahun pengalamannya menjadi seorang idola dengan dua girl grub sukses yang pernah ia masuki, tak membuat Miyawaki Sakura putus akan mimpinya...