25.

135 20 6
                                    

"Kim Yuna!"

Minghao menahan tawanya saat mendengar Mingyu mengucapkan nama itu. Dia menggigit bibir bawahnya agar semburan tawa tak keluar dari bibirnya. "Kim Yuna? Kau serius?" Bisik Minghao sepelan mungkin.

"Ya! Diamlah!" Bisik Mingyu tak kalah pelan.

Minghao mengedikkan bahunya, "oke" lalu berbalik kebelakang, dia tidak tahan dengan kecanggungan yang Mingyu ciptakan dengan memanggil Sakura Kim Yuna. 'Benar-benar konyol. Apa mereka melakukan drama sepasang suami istri dengan memberinya marga Kim? Haha'. Sisi konyol Mingyu benar-benar sudah tidak tertolong, sangat memalukan bagi Minghao.

"Apa kau tidak mendengarku?"

Hampir saja tawa itu lolos dari bibir Minghao, hingga ia harus menutupinya dengan batuk agar tidak terlalu jelas.

Mingyu melirik sekilas Minghao yang menahan tawa, bisa dia ketahui dari temannya yang tidak bisa menyembunyikannya dengan kedua bahunya yang terus bergerak. Dia menghela napas panjang lalu kembali fokus pada gadis di depannya. Ia berjalan ke depan meninggalkan Minghao. "KIM-YU-NA?!"

Sakura membalikkan badannya. Kini ia menghadap Mingyu sempurna. Kepalanya mendongak menatap wajah Mingyu yang kini fokus padanya. Sakura menghela nafas, bahunya turun beberapa centi kebawah. "Tolong, tidak dengan nama itu, disini." Matanya memohon, lalu pandangannya mengedar ke sekelilingnya. "Itu sangat memalukan, bagaimana jika ada orang lain yang mendengarnya?."

Mingyu menengok ke belakang tepat dimana Minghao berdiri dengan ponsenya, 'dia pasti sedang membicarakanku di grub chat'-batinnya. Dia kembali menghadap ke arah Sakura. "Bagaimanapun itu sudah terjadi."

Sakura menautkan kedua jarinya debelakang punggungnya. "Ada apa? Kamu tahu resikonya kan? Dengan tindakan ini?"

Mingyu juga menautkan kedua tangannya di belakang. Ia menatap ujung sepatunya sejenak. Berpikir tentang apa yang dia lakukan. Ini bukan kesalahan. Ini bukanlah hal yang jahat. Pikiran yang mungkin sudah ribuan kali berada di otaknya dari tahun ke tahun. Sungguh tidak adil baginya. Bahkan untuk menyapa kekasihnya harus ada rasa takut. Mingyu menatap Sakura, "Kenapa? Apa ini salah?" Ucapnya pelan.

Percakapan mereka begitu pelan, hingga Minghao dibelakang tidak dapat dengan jelas menangkap isi pembicaraan mereka. Begitupun orang lain yang berlalu lalang di sana.

"Nggak ada. Aku pikir tempat yang kamu pilih buat bicara sama aku, agak sedikit—ter-bu-ka?"

Sudut bibir Mingyu terangkat, memperlihatkan cekungan manis di pipinya. Mingyu setuju dengan pemikiran Sakura bahwa tempat mereka saat ini terbuka. Seharusnya Mingyu ingat, bahwa Sakura adalah tipe orang yang suka berada di dalam ruangan. Walaupun sejujurnya dia mengesampingkan maksud Sakura bahwa tempat terbuka mereka bermakna lain, yaitu orang lain bisa melihat interaksi mereka.

"Stop! Jangan lakuin itu." Ucap Sakura, masih mendongakkan kepalanya dengan ketinggian Mingyu yang berhasil membuat lehernya sepertinya akan patah jika berlama-lama dalam posisi ini.

Mingyu mengernyitkan dahinya, lalu menyadari posisi kepala Sakura. Mingyu sedikit menekuk lutunya, menumpu kedua tangan pada lututnya dengan tubuh yang sedikit condong ke depan agar tatapan mereka sejajar."memang apa yang aku lakukan?"

Sakura melirik kanan dan kiri, telinganya langsung memerah dengan kedekatan mereka. Dia mundur satu langkah ke belakang, menelan saliva diikuti dehaman pelan. "Kau membuatku gugup."

Mingyu kembali tersenyum, memperlihatkan cekungan manis itu kembali.

"Itu! Berhenti senyum seperti itu oppa!"

Ucapan Sakura membuat Mingyu tertawa, dia kembali meluruskan tubuhnya. Sedangkan Sakura merasa kesal dibuatnya. Apakah salah jika jatuh hati dengan senyuman kekasihnya sendiri? Semua perempuan di dunia akan setuju dengannya jika senyuman Mingyu akan membuat apapun meleleh. Dan itu fakta baginya. Mungkin untuk semua orang juga. Tapi yang jelas, Sakura tidak suka jika dia terlihat terlalu jelas merona karena seorang laki-laki di depan umum.

Only You: The Turth of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang