"Selamat pagi, Bu Dini, silakan sarapannya sudah siap dan mobil di depan juga sudah menunggu jadi setelah selesai sarapan ibu dan Anggia bisa langsung berangkat."
Dini belum tahu di mana keberadaan Rio, tiba-tiba saja sudah mendapat penjelasan yang membuat kepalanya berdenyut.
Memang Rio menginginkan dia dan Anggia pergi ke mana? Ini jebakan baru?
"Mama nanti habis lihat sekolahannya Anggia boleh pergi ke mall ya. Nanti Anggia mau main capit boneka, mau ambil rabbit yang pink."
"Se-sekolah?"
"Iya Mama. Anggia udah didaftarin sekolah, Mama. Kata om Rio kan sekolahnya udah dibayar dan bagus. Anggia mau tunjukin ke Mama."
"Anggia ke sekolah sama om Rio?"
"Iya. Tapi kalo udah sekolah yang antar jemputnya pakai supir. Mama yang tungguin sama suster juga kata om Rio."
Lagi-lagi Rio membuat keputusan tanpa diskusi dulu dengan Dini. Ibunya Anggia ini jadi tidak bisa melakukan apapun kecuali mendengarkan celotehan anaknya saja.
"Terus nanti habis lihat sekolah, Anggia boleh jalan-jalan ke mall Mama, kata om Rio."
Bisa-bisanya Rio membuat jadwal seindah itu setelah semalam dia memperlakukan Dini sangat kasar. Dini jadi tidak habis pikir apa niat pria itu sebenarnya.
Tapi bicara tentang sekolah, memang Anggia sudah waktunya untuk masuk sekolah. Dulu sebelum Dini meninggalkan rumah Satrio, dia juga sudah menyekolahkan Anggia. Tapi sayang, Anggia cuma bisa belajar selama seminggu dan setelah ayah Dini meninggal, Anggia sudah tidak bisa sekolah lagi di sekolahannya karena sudah diusir oleh Satrio.
Dini juga tidak punya uang untuk membeli seragam baru dan untuk biaya bulanannya.
Makanya hati Dini sebetulnya terharu ketika mendengar Anggia akan disekolahkan Rio.
Dia yang sebelumnya kesal dan marah, bahkan sudah mengeluarkan sumpah serapahnya dengan semua kebencian dikhususkan untuk Rio, jadi merasa bersalah sendiri sudah menghujat Rio.
Pria itu memang sangat kejam pada Dini. Perlakuannya tidak manusiawi. Tapi dia memperhatikan Anggia dan bahkan dari cerita Anggia, Dini tahu selama dia tidak bisa bertemu dengan Anggia, Rio lah yang menjaganya.
Pantas saja Rio tidak muncul-muncul dan ini lagi yang membuat hati Dini merasa hangat meski perih juga.
Bodoh. Sejujurnya Dini juga merasa dirinya seperti tidak menggunakan akal jika memberikan hatinya dan bahkan berterima kasih pada Rio.
Tapi semua pemberiannya tidak bisa diberikan oleh Dini, padahal anaknya butuh.
Berkat Rio, anaknya bisa hidup layak seperti sekarang.
Akhirnya Dini tak jadi komplain. Dia memeluk Anggia sebelum ke meja makan dan menikmati rasa masakan yang membuat dirinya hampir menangis.
Rasa yang dirindukannya. Dini masih ingat betul kadang Rio sering menyempatkan diri untuk memasak di kosannya dan sering membawakan Dini sarapan yang rasanya sama dengan makanan sekarang.
Seakan-akan Rio sengaja membawa Dini pada kenangan masa lalu.
Sebetulnya, Dini ingin menyumpahi Rio yang sudah mengeluarkan lagi semua yang sudah Dini kubur rapat-rapat.
Tapi itu semua bukan salah Rio. Hati Dini saja yang memang belum bisa melupakannya bukan?
Susah payah Dini berusaha berkonsentrasi dengan cerita anaknya karena semua pikirannya hanya memutar kisahnya tentang Rio.
Dini tidak mau. Dia ingin fokus pada anaknya karena itulah Dini memaksakan dirinya untuk memikirkan tentang sekolah.
"Anggia beneran mau sekolah di sini? Ini sekolahnya bagus banget loh."

KAMU SEDANG MEMBACA
Sewa Rahim Mantan
RomanceDini Putri Lestari terpaksa membiarkan dirinya terjebak dalam hubungan yang sulit dengan Rio Ravindra karena menawarkan diri menjadi ibu pengganti yang akan mengandung anak Rio dan istrinya Christa. Dini tak ada pilihan karena harus membiayai pengob...