Adam sedang menikmati pisang goreng coklatnya sambil menonton serial film Twilight di ruang tengah. Setelah berbicara dengan Zanan melalui telpon, Adam memutuskan untuk menghabiskan waktunya untuk menyelesaikan film Twilight yang memitersebut.
Adam yang lelah karena sedari tadi menonton sambil duduk, memutuskan mengganti posisi menjadi berbaring. Ketika ia memposisikan tubuhnya senyaman mungkin di sofa ruang tengah, sebuah plastik bening yang terselip disela sofa menarik perhatiannya. Adam yang baru saja ingin berbaring, kembali duduk tegak lalu mengambil plastik tersebut.
Adam mengernyit. Matanya sibuk memerhatikan plastik tersebut yang berisikan bubuk putih seperti bedak. Dalam pikiran Adam sudah menerka bahwa bubuk putih tersebut adalah salah satu hal yang berbahaya.
Lelaki itu meletakkan plastik tersebut di atas meja. Mencoba memikirkan segala kemungkinan mengenai obat itu. Hatinya begitu yakin bahwa bubuk putih dihadapannya sekarang adalah narkoba jenis sabu-sabu. Tapi otaknya membuat lelaki itu harus menerka hal lain.
Jika benar bubuk tersebut sesuai dugaanya, lalu siapakah yang membawa benda haram itu masuk ke dalam rumahnya? Atau siapakah yang mengonsumi benda tersebut? Entahlah, terlalu banyak pertanyaan yang terbesit dalam benaknya.
Adam melihat ke arah kanan dan kiri untuk memastikan tak ada satu pun orang yang melihat benda tersebut selain dirinya. Setelah memastikan bahwa ia aman, Adam mengantongi benda tersebut dan beranjak menuju kamarnya. Ia juga harus terpaksa mengakhiri acara menonton filmnya. Sebab ia harus memastikan bahwa dugaannya itu benar.
— ㅇ —
Senyuman di wajah Zanan tak berhenti mengembang meskipun telponnya dan Adam sudah berakhir. Adam berhasil membuat Zanan tersenyum bahkan tertawa hanya karena mendengar leluconnya yang terdengar lucu ditelinga Zanan.
Gadis itu bahkan tak menyangka bahwa Adam akan seasik itu. Benar kata Gian beberapa hari yang lalu. Hanya wajah Adam yang terlihat sangar, tapi sebenarnya ia adalah anak yang baik.
Bunda Kania yang melihat Zanan sedang senyum-senyum sendiri di ruang tengah lantas menghampiri keponakannya tersebut.
"Lagi seneng banget nih anak bunda." celetuk Kania setelah ia memposisikan diri disebelah Zanan.
Zanan lalu menoleh, "Nggak kok, Bunda."
"Masa sih? Dari tadi senyum-senyum mulu pas nelpon. Siapa yang nelpon nih?"
"Temen."
"Temen atau demen?" ujar Kania menggoda Zanan.
"Temen kok, bunda." Zanan tersenyum kaku.
"Yaudah besok suruh ketemu sama bunda coba. Bunda mau lihat temen kamu."
Zanan kaget mendengar pernyataan Kania, "Ngapain bunda?"
"Mau ketemu aja. Sekalian ajak makan malam, oke?" Kania lalu tersenyum. Ia tahu bahwa Zanan berbohong dan mencoba menyembunyikan sesuatu darinya. Maka dari itu ia memancing Zanan untuk mengundang orang tersebut makan malam besok di rumahnya.
Zanan mengangguk meskipun dalam hati ia mengeluh. Entah apa yang harus ia katakan pada Adam untuk hal itu. Zanan juga tidak tahu seperti apa respon dari Kania jika wanita itu mengetahui bahwa Zanan memiliki pacar. Semoga saja semuanya sesuai harapan.
— ㅇ —
Semenjak Zanan dan Adam resmi memiliki hubungan, Adam selalu menemui Zanan di kelasnya untuk mengajak gadisnya itu makan di kantin bersama. Begitu pun Gian dan Kaila. Meskipun begitu, baik Adam dan Gian tak pernah melupakan Devan. Mereka bertiga tetap selalu bersama-sama pergi ke kantin, walaupun kini ada Zanan dan Kaila. Devan tidak pernah merasa keberatan dengan adanya dua gadis itu dalam lingkungan persahabatannya bersama Gian dan Adam. Selama itu membuat kedua sahabatnya senang, Devan akan mendukungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZADAM
Teen Fiction"If you are broken and I'm broken, why don't we trade the pieces and make something new?"