15

1K 85 7
                                    

Zanan terlihat khawatir saat ia melihat wajah Adam setelah berkelahi dengan Yogi. Apalagi perkelahian itu diketahui oleh Pak Budi. Alhasil kedua lelaki itu dihukum hingga bel pulang sekolah berbunyi. Namun disinilah Adam dan Zanan sekarang. Duduk di depan teras rumah Zanan. Gadis itu sibuk mengobati luka di sudut bibir dan di pipi kiri Adam dengan hati-hati.

"Lain kali jangan berantem lagi." ujar Zanan.

"Kenapa? Khawatir ya?" Adam bergurau dengan mata yang masih tertutup. Menikmati setiap sentuhan tangan Zanan di wajahnya.

"Biasa aja."

"Yaudah kalau biasa aja, saya mau berantem lagi."

Karena kesal, Zanan sengaja menindis luka di wajah Adam dengan kapas yang ia pegang. Adam meringis kesakitan dan langsung membuka matanya.

"Sakit, Nan." Adam meringis. Luka di wajahnya terasa nyeri seketika.

"Makanya jangan berantem."

Adam menarik senyumnya. Melihat Zanan yang khawatir membuat gadis itu terlihat lucu. Apalagi Zanan terlihat gengsi mengakui bahwa sebenarnya ia khawatir.

"Kenapa kalau saya berantem? Khawatir nih?"

"Kasihan aja sama Kak Yogi. Muka gantengnya jadi bonyok gara-gara kamu."

"Oh, jadi khawatirnya sama si songong itu?"

Zanan mengangguk.

"Yaudah. Sana obatin aja si songong monyet tai kambing itu." ujar Adam penuh penekanan.

Melihat respon Adam yang terlihat tidak suka Zanan membahas tentang Yogi, membuat tawa gadis itu seketika meledak.

"HAHAHA.." Zanan tertawa, "Jagoan sekolah bisa cemburu juga ya ternyata."

Sadar Zanan mengerjainya, Adam lantas mengacak rambut gadis itu.

"Jangan ketawa." Adam menyeletuk, membuat tawa Zanan mereda.

"Kenapa?"

"Kamu tambah cantik kalau ketawa. Diem aja cantik, apalagi ketawa. Mau tanggung jawab kalau saya tambah suka?"

"Apasih!" Zanan memukul lengan Adam karena malu. Adam selalu saja mampu membuat pipinya menghangat.

Adam tertawa. Membuat dua anak kecil yang sedang bersepeda dan lewat di depan rumah Zanan lantas berbalik melihat ke arahnya. Zanan yang menyadari hal itu hanya melempar senyum kepada dua anak kecil tersebut.

Lima detik berikutnya, tawa Adam mereda. Lelaki itu memandangi Zanan yang kini sedang merapikan kotak obat yang telah selesai ia gunakan. Adam terlihat sedang memikirkan sesuatu.

"Nan, jalan yuk."

Zanan melongo. Gadis itu menatap ke arah Adam dengan tatapan bingung.

"Jalan? Harusnya istirahat dulu. Kamu nggak capek apa habis berantem?"

Adam menggeleng, "Kan udah diobatin sama bidadari."

"Aku serius."

"Saya juga serius." Adam menatap Zanan, "Sebenarnya tanpa diobatin pun langsung sembuh karena lihat kamu. Mau tau kenapa?"

"Kenapa coba?"

"Karena kamu adalah penyembuh luka yang saya suka."

— ㅇ —

Setelah meminta izin kepada Kania lewat telpon, Zanan dan Adam pun memutuskan untuk pergi ke salah satu Mall. Tentunya mereka berdua juga sudah mengganti pakaian masing-masing. Zanan memakai kaos berwarna hitam, dengan jaket berbulu halus berwarna ungu sebagai outernya.

ZADAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang