27

97 4 0
                                    

SEBENARNYA Adam berniat mengajak Zanan untuk jalan-jalan selepas pulang sekolah sebagai tanda permintaan maaf karena sudah membuat cewek itu kesal kemarin. Tapi semuanya gagal, karena hari ini Zanan harus mengikuti pelatihan di organisasinya.

Adam melirik jam tangannya, sudah satu jam lebih dia duduk dan memperhatikan Zanan dari pinggir lapangan. Terkadang disuruh push up, lalu dimarahi oleh para senior. Sebenarnya kalau bukan karena Zanan yang sudah memperingati Adam untuk memaklumi segala sesuatu hal yang dia lihat dalam pelatihan setiap organisasi, mungkin sekarang Adam sudah mengomel karena melihat gadisnya diperlakukan seperti itu.

"Apa-apaan organisasi kayak gini. Ngebentuk mental kuat belum tentu, bikin capek iya." celetuk Adam pada dirinya sendiri.

Cowok itu meraih ponselnya, lalu melihat ada satu pesan yang masuk. Alisnya mengerut saat melihat pesan dari Julia— Ibu Adam muncul dilayar ponselnya.

Hari ini ada waktu buat makan malem bareng mama enggak?

Adam terdiam. Hanya menatap ponselnya dan terus mengulang kalimat itu dalam benaknya. Mungkin ini adalah kesempatan untuk memperbaiki hubungannya yang sudah lama tidak membaik dengan Ibunya. Adam pun memutuskan untuk membalasnya.

Dimana?

Adam membalas sekenanya. Jujur saja, ini masih terasa sangat canggung.

Jam 8 malam di Infinite Resto & Lounge.

Tidak butuh waktu lama Adam menerima balasan dari Julia. Mungkin memang benar, kali ini dia harus memberi kesempatan untuk Ibunya. Karena jujur saja, Adam selalu ingin memperbaiki semuanya. Tapi terkadang gengsi masih sering menguasai.

Adam terlalu fokus oleh ponselnya hingga cowok itu tidak sadar bahwa Zanan telah berdiri di hadapannya.

"Adam beneran nunggu ya ternyata." ujar Zanan sontak membuat Adam mendongak lalu tersenyum.

Adam menganguk, "Iyalah. Kan udah bilang mau nungguin. Kamu udah selesai?

Zanan hanya tersenyum lalu meraih tas nya dan mengambil selembar uang sepuluh ribu, "Udah. Tapi tunggu bentar ya, Zanan mau ke kantin beli minum."

Pandangan Adam tidak lepas dari wajah Zanan yang meskipun sudah berkeringat masih tetap terlihat manis.

"Kamu tunggu sini aja. Biar saya yang beliin." ujar Adam beranjak dari tempatnya, lalu mengarahkan Zanan untuk duduk di tempat dia sebelumnya.

"Bi— Biar Zanan aja." Zanan ingin menolak namun Adam sudah berlari meninggalkan lapangan dan menuju kantin. Hal itu tentu menarik pusat perhatian beberapa anggota Palang Merah yang masih ada disana.

Tidak butuh waktu lama, Adam kembali membawa sebotol air mineral dan sebungkus roti coklat. Sebelum menyerahkannya pada Zanan, cowok itu membukakan tutup botol untuk Zanan agar cewek itu bisa langsung meminumnya. Adam juga membuka pembungkus roti itu untuk Zanan.

"Zanan bisa buka sendiri kali." celetuk Zanan malu-malu diperlakukan seperti itu.

"Udah minum aja. Rotinya juga dihabisin dulu baru pulang."

"Kalau enggak habis gimana?" tanya Zanan sambil mengunyah roti coklatnya.

"Ya enggak dianter pulang."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 06, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ZADAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang