20

548 61 8
                                    

WAKTU menunjukkan pukul dua dini hari. Adam terbangun dari tidurnya. Lelaki itu lalu beranjak dari kasur, dan berjalan menuju dapur untuk menghilangkan rasa hausnya yang tiba-tiba saja datang setelah ia membuka mata.

Adam menuang air lalu meneguknya tanpa sisa. Setelah rasa hausnya menghilang, Adam berniat kembali ke kamar namun saat melewati ruang tengah, pintu utama tiba-tiba terbuka. Adam yang tadinya masih setengah sadar, membuka lebar matanya. Berharap apa yang dia lihat sebelumnya hanyalah halusinasinya.

Namun semuanya salah. Saat sosok Rio muncul dari balik pintu dan hendak untuk masuk ke dalam rumah. Pria paruh baya itu membawa sebuah tas ransel berwarna hitam yang bertengger rapi di bahu kanannya. Rio berjalan dengan sangat pelan, hingga suara kakinya pun tak terdengar.

Adam memicingkan matanya. Beberapa pertanyaan kembali berkumpul di otaknya.

Dari mana Rio hingga dia pulang selarut ini?

Kenapa tidak membawa kendaraan?

Kenapa Rio harus berjalan pelan agar penghuni rumah tidak terganggu? Layaknya maling yang ingin merampok rumah seseorang.

Dan beberapa pertanyaan lagi yang membuat Adam diam memperhatikan gerak gerik Ayahnya. Saat Rio hendak memasuki kamarnya, Adam pun mendekat.

"Anda dari mana?" tanya Adam tanpa ekspresi.

Rio tentu saja terkejut. Namun dia berusaha menyembunyikannya. Pria itu lalu berbalik menatap Adam, "Urusan pekerjaan."

"Semalam ini? Kok enggak bawa mobil?" Adam bertanya dengan alis mengerut.

"Bukan urusanmu. Sebaiknya kau tidur." ujar Rio mengakhiri percakapan. Pria itu lalu masuk ke dalam kamarnya, meninggalkan Adam yang masih berdiri di tempat yang sama.

Hanya satu di dalam pikirannya sekarang, ada sesuatu yang tidak berea terjadi di rumah ini.

———

Adam masih terjaga. Meskipun waktu sudah menunjukkan pukul lima pagi, lelaki itu belum kunjung kembali untuk tidur. Bagaimana bisa dia tidur dengan beberapa pertanyaan yang mengganggu pikirannya.

Dia lalu mengkaitkan segala sesuatu yang menurutnya aneh di dalam otaknya. Dimulai dari dia menemulan sebungkus serbuk putih di sofa ruang tengah, lalu Ayahnya yang bertemu dengan seseorang diam-diam sembari membawa sebungkus paketan, hingga mendapati Ayahnya pulang pukul dua pagi tadi. Semuanya benar-benar aneh.

Adam lalu mengambil tasnya, merogoh sesuatu di dalam sana. Setelah mendapatkan plastik kecil berisikan serbuk putih itu, ia memandangnya. Segala kemungkinan dan dugaan sebenarnya telah Adam pikirkan. Namun dia berusaha menepik semuanya. Berharap segala kemungkinan buruk itu tidak benar adanya.

Adam kembali menyimpan benda itu, tapi kali ini dia menyimpannya di laci kamar. Karena menghindari kesalahpahaman apabila nanti di sekolah terjadi razia barang bawaan siswa. Karena merasa tidak ingin tidur kembali, Adam memutuskan untuk mandi.

ㅇㅇㅇ

Zanan berdiri di depan cermin sembari menyisir rambutnya lalu mengucirnya seperti ekor kuda. Setelah merasa rapi, gadis itu lalu beranjak menuju dapur dan ikut makan bersama Bundanya.

"Pagi, Bunda!" sapa Zanan lalu mencium pipi kanan Kania gemas.

"Pagi, sayang."

ZADAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang