MENUNGGU termasuk hal yang menyebalkan. Apalagi menunggu yang tidak pasti. Seperti hanya diberikan sebuah pengharapan tanpa balasan. Benar-benar menyebalkan bukan?
Sudah hampir lima belas menit setelah bel pulang sekolah berbunyi. Zanan menunggu Adam, sebab tadi pagi cowok itu mengatakan akan mengantarnya pulang. Meskipun Zanan tahu bahwa Adam tidak masuk sekolah, tapi dia masih tetap menunggu. Barangkali Adam memang akan menjemputnya.
Devan ingin sekali menemani Zanan, namun cowok itu harus menjemput Ibunya. Sedangkan Gian sudah pulang terlebih dahulu dan mengantar Kaila karena cewek itu sedang tidak badan. Sebelum berpamitan pulang, Devan mengirimi beberapa pesan untuk Adam, menanyakan keberadaan cowok itu.
"Maaf banget, Nan. Gue mau nemenin lo tapi nyokap minta jemput sekarang." ujar Devan merasa tidak enak dengan Zanan.
Cewek itu menggeleng lalu tersenyum, "Enggak kok. Gapapa gue sendiri. Paling banter lagi Adam dateng." sahutnya berusaha meyakinkan Devan.
"Kalau semisal dia belum dateng 10 menitan lagi, lo pesen ojek online aja ya. Udah sore banget, Nan. Bahaya jam segini mah."
"Iya, Van. Yaudah gih lo duluan aja."
Devan mengangguk, "Sekali lagi maaf ya." ujarnya meminta maaf lagi membuat Zanan geram sendiri. Cowok itu berjalan ke motornya, lalu meninggalkan Zanan.
Melihat motor Devan yang semakin menjauh membuat Zanan sedikit gusar. Cewek itu melirik jam tangannya, lalu membuang napas berat. Zanan mengambil ponselnya, lalu mengirimkan pesan untuk Adam lagi dan lagi.
Kamu dimana?
Tidak dibalas. Zanan mengirim pesan lagi.
Jadi jemput gak?
Kalau enggak aku balik sendiri.Tetap tidak dibalas. Zanan menghembuskan napas berat. Cewek itu menoleh ke arah kanan dan kiri. Hanya sisa beberapa siswa dan siswi yang berdiri di depan gerbang sekolah menunggu jemputan.
Karena merasa sedikit kesal, Zanan lalu memutuskan untuk memesan ojek online. Namun gerakannya tiba-tiba berhenti saat seseorang memangginya.
"Lo nunggu Adam?"
Zanan mendongak, mendapati Yogi yang entah bagaimana caranya cowok itu tiba-tiba saja muncul di hadapan Zanan.
Zanan hanya mengangguk sebagai balasan.
"Mau pesen gojek? Balik bareng gue aja. Bahaya jam segini cewek balik sendirian." Yogi menawarkan diri untuk mengantar Zanan.
Cewek itu tidak merespon. Dia tetap fokus pada ponselnya. Yogi masih tetap memperhatikan. Hingga tepat saat Zanan ingin menyentuh pilihan memesan ojek, ponselnya langsung mati. Alhasil cewek itu menggerutu. Kenapa harus disaat seperti ini ponselnya lobet.
"Balik bareng gue aja. Santai gue enggak bakal ngapa-ngapain lo."
Tanpa menunggu respon dari Zanan, Yogi berjalan ke motornya, lalu naik dan menyalakan mesin motor. Cowok itu melihat ke arah Zanan, dan memberinya isyarat untuk naik ke motor bersama Yogi.
Zanan melirik jam tangannya, sudah hampir pukul setengah enam sore. Walaupun sebenarnya dia tidak ingin menerima tawaran Yogi, sebab Zanan tahu betul Adam akan marah jika tahu hal ini. Namun sore ini akal sehat Zanan tertutupi dengan rasa kesal dan kecewa, alhasil cewek itu pun menerima tawaran Yogi.
Zanan berjalan mendekati motor Yogi, lalu naik ke atas motor. Yogi pun memberikan helm miliknya kepada Zanan, persis seperti apa yang dilakukan Adam saat pertama kali cowok itu mengantarnya pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZADAM
Teen Fiction"If you are broken and I'm broken, why don't we trade the pieces and make something new?"