Adam tiba di sekolah tepat setelah gerbang tertutup. Ia melihat ke arah gerbang, ada beberapa siswa yang terlambat sedang berdiri disana dan memohon untuk diberi izin untuk masuk, namun satpam sekolah tak menghiraukannya.
Adam mendengus sebal, ia lalu menyalakan kembali mesin motornya dan mengarahkannya menuju pintu gerbang. Beberapa siswa yang tadi berdiri disana pun terpaksa harus berpindah dan mengosongkan jalanan. Tepat di depan pintu gerbang, Adam menghentikan motornya.
"Tolong bukain pintunya. Saya mau masuk." ujar Adam dibalik helmnya. Nada bicaranya terdengar seperti memerintah.
Awalnya Satpam yang berjaga tidak menghiraukan ucapan Adam, tapi setelah menyadari bahwa orang itu adalah Adam, ia langsung terdiam dan mau tak mau harus membukakan pintu gerbang. Adam menyalakan motornya kembali, lalu melihat ke arah spion. Beberapa siswa terkejut melihat Adam dengan gampangnya diberi izin untuk masuk. Padahal lelaki itu juga terlambat, sama seperti mereka. Mereka semua kompak melempar tatapan kesal pada Adam.
Adam masih melihat ke arah spion motornya, hingga matanya menemukan sosok yang familiar. Ternyata ada Zanan diantara siswa yang terlambat. Zanan tidak memasang wajah kesal. Diantara siswa yang terlambat itu, hanya Zanan yang tidak memberikan Adam tatapan kesal. Gadis itu malah terlihat sedang menahan air matanya. Adam berpikir mungkin Zanan sedang menyesali dirinya karena terlambat ke sekolah.
Tak ingin membuang waktu, Adam pun berbalik menatap semua siswa yang menatapnya kesal. Ia tak membuka kaca helmnya. Meskipun begitu, ia tetap dikenali.
"Lo pada ngapain tinggal disitu? Buruan masuk! Mumpung gerbangnya udah kebuka." pinta Adam membuat para siswa yang terlambat itu terkejut. Zanan pun tidak kalah terkejutnya. Wajah yang tadinya berusaha menahan tangis, kini terdapat senyuman lebar diwajah Zanan. Beberapa siswa terlambat yang menatap Adam kesal beberapa menit yang lalu pun, langsung hilang dalam hitungan detik.
Mereka pun berlarian masuk ke wilayah sekolah, membuat Satpam tersebut terkejut setengah mati. Ia ingin menutup gerbang pun tidak bisa. Sebab posisi motor Adam berada di tengah gerbang yang memang sengaja ia posisikan untukmenghalangi gerbang agar tetap terbuka.
Setelah memastikan semuanya sudah masuk, Adam pun membawa motornya ke parkiran. Namun sebelum itu ia berterima kasih kepada Satpam sekolah yang kini menatapnya.
"Harusnya anda memperlakukan saya sama dengan siswa yang lain. 'Orang itu' pasti sudah memberitahukan pihak sekolah untuk tidak membedakan saya dengan siswa yang lain, kan? Sesuai kesepekatan." ujar Adam terkesan dingin, "Tapi, makasih lho, Pak. Saya masuk dulu." ujar Adam lagi.
Mereka berdua paham arti dari 'orang itu' yang Adam sebutkan tadi. Satpam tersebut hanya bisa pasrah. Sangat sulit baginya untuk memperlakukan Adam sama dengan siswa yang lain. Sebab Adam berbeda dari siswa di SMA Vintage. Satpam tersebut pun dengan berat hati kembali menutup gerbang sekolah dan kembali duduk di Pos Satpam.
— ㅇ —
Zanan tak berhenti mengucap syukur karena ia masih bisa masuk walau nyatanya ia terlambat. Terlebih lagi guru mata pelajaran jam pertama di kelasnya pun belum masuk, Zanan bersyukur akan hal itu.
"Kok lo bisa masuk sih? Bukannya lo telat ya? Harusnya lo dihukum dulu dong baru bisa masuk kelas." ujar Kaila dengan nada bercanda. Zanan spontan memukul lengan Kaila.
"Harusnya lo bersyukur gue masih bisa masuk. Jadi lo nggak kesepian." Zanan mendengus sebal. Ia tak habis pikir Kaila menginginkannya untuk dihukum.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZADAM
Teen Fiction"If you are broken and I'm broken, why don't we trade the pieces and make something new?"