25

311 40 2
                                    

Sleep just isn't sleep anymore, it's an escape and how to feel a peace for a while.
Yes, it's just for a while but it worked.
— ㅇ —

ADAM memarkirkan motornya di bagasi rumah. Cowok itu melepas helm lalu melirik mobil milik Rio yang berada di sebelah kanan motornya. Jika dulu kepulangan Rio ke rumah selalu menjadi hal yang ditunggu oleh Adam bersama Ibunya, sekarang bahkan Adam enggan untuk menyambut Rio. Menurut Adam, ayah yang ia kenali dulu sudah lama menghilang ditelan bumi. Dia benar-benar tidak mengenali sosok Rio yang sekarang.

Cowok itu turun dari motornya dan melewati mobil Rio yang ternyata masih mengeluarkan hawa panas. Berarti Rio juga baru tiba di rumah. Karena tidak ingin ambil pusing, Adam berjalan memasuki rumah melewati pintu bagasi yang memiliki tembusan dengan dapur rumah.

Dilihatnya Bi Mina yang sedang sibuk memasak untuk makan malam mereka. Adam memberi salam, lalu berjalan menuju kulkas dan mengambil sekaleng coca-cola dan meneguknya. Dia butuh sesuatu untuk mendinginkan suasana hati dan juga pikirannya.

"Baru balik, Den?" tanya Bi Mina ketika melihat Adam berdiri di depan kulkas sambil meneguk minumannya.

Adam hanya mengangguk sebagai jawaban. Cowok itu kembali meneguk minumannya setelah mengambil jeda beberapa detik untuk mencerna. Namun baru sekali teguk, samar-samar telinga Adam mendengar suara tawa perempuan. Pergerakannya pun terhenti. Bi Mina yang juga mendengar hal yang sama menatap Adam takut.

Adam memasang wajah datar, "Ada siapa? Tamu?" tanyanya pada Bi Mina.

"A— anu, itu temennya bapak, Den." Bi Mina menjawab terbata-bata. Tidak tahu harus menjawab apa.

Adam mengernyit, "Ngapain?"

"Bibi enggak tahu, Den." Bi Mina menjawab namun tidak menatap Adam. Dia mengalihkan pandangannya ke masakan yang akan dia sajikan, "Udah atuh, enggak usah dipikirin. Mandi aja, Den, terus nanti makan sama bapak." lanjut Bi Mina, namun Adam sudah menghilang dari hadapannya.

— ㅇ —

Tanpa menunggu jawaban Bi Mina selesai ia dengarkan, Adam sudah berlalu melangkahkan kakinya menuju ruang tengah. Mengikuti dua suara tawa yang semakin terdengar jelas.

Tidak butuh waktu lama, dua mata Adam menangkap sosok yang sangat familiar meskipun dia hanya melihatnya dari belakang. Dia melihat Rio bersama seorang perempuan dan sedang menikmati siaran tv yang mereka tonton.

Adam meneguk habis minumannya, lalu berjalan beberapa langkah mendekati sofa yang diduduki oleh Rio. Tiga detik berikutnya, cowok itu melempar kaleng minuman tersebut tepat di depan tv. Hal itu sontak membuat dua insan yang tadinya saling tertawa langsung diam dan menoleh ke belakang. Rio melihat Adam yang anteng berdiri dengan wajah tidak berdosa dan terkesan dingin.

"Dasar anak tidak sopan!" bentak Rio sesaat setelah dia melihat Adam.

"Maaf, kirain tadi tempat sampah." sahut Adam dengan bermaksud untuk menyindir. Kata sampah itu dia tujukan untuk wanita asing yang memasuki rumahnya. Begitu juga dengan sikap Rio yang dianggap seperti sampah oleh Adam.

Mendengar jawaban itu, Rio tentu saja merasa terhina. Begitu pun wanita asing tersebut.

"Apa maksud kamu?" Rio bertanya dengan nada suara yang meninggi.

"Jangan bawa sampah masuk ke rumah." jawab Adam sekenanya sambil melirik wanita yang sedari tadi ikut memperhatikannya.

Perlakuan dan jawaban Adam benar-benar membuat Rio muak. Pria itu hendak mendekati Adam, namun Adam lalu berbalik badan. Berjalan menuju lantai dua, dan memasuki kamarnya dengan sedikit membanting pintu.

ZADAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang