Zanan terus mengomel selama perjalanan pulang kerumahnya diantar oleh Adam. Gadis itu memarahi Adam karena lelaki tersebut melukai tangannya sendiri dengan memukul tembok. Zanan yang melihat kejadian tersebut di sekolah tadi tentu saja langsung menghentikannya sebelum Adam melukai tangannya sendiri lebih parah. Meskipun begitu, buku jari milik Adam kelihatan memar.
Melihat Zanan yang mengomelinya membuat Adam justru tertawa. Ekspresi gadis itu terlihat menggemaskan dan lucu diwaktu yang bersamaan. Meskipun Zanan terlihat sedang marah, tapi bagi Adam, sang pacar tetap terlihat menggemaskan.
Lelaki itu mengarahkan motornya ke minimarket yang tak jauh dari rumah Zanan. Sesampainya disana, Adam memarkirkan motornya. Zanan yang tadi mengomel sontak berhenti sebab Adam membawanya ke minimarket, bukan ke rumahnya.
"Turun dulu." Adam membuka helmnya dan turun dari motor.
Zanan melakukan hal yang. Gadis itu turun dari motor dengan wajah cemberut. Apalagi saat ia kembali melihat buku jari tangan Adam yang memar. Ini memang terdengar berlebihan, tapi Zanan benar-benar khawatir.
"Kita ngapain sih disini? Zanan mau pulang." Zanan cemberut.
"Tunggu sini bentar." ujar Adam lalu berjalan masuk ke dalam minimarket meninggalkan Zanan.
Lima menit berikutnya, Adam keluar dari minimarket dengan menenteng kantongan. Setelah berada di depan Zanan, lelaki itu mengeluarkan sebuah susu kotak warna biru persis seperti yang Zanan berikan pada Adam beberapa hari yang lalu. Adam lalu memberikan susu tersebut pada Zanan.
"Nih."
Zanan mengernyit. Ia menerima susu tersebut tapi dengan tatapan bingung. Adam yang melihat itu lantas tersenyum.
"Ini susu ajaib." Adam menyeletuk sembari memberikan sekotak susu pada Zanan.
"Ada satu cewek yang pernah ngasih susu kotak ini ke saya karena waktu itu suasana hati saya lagi nggak baik. Kata cewek itu, kalau udah minum susu ini perasaan bakal jadi lega. Dan emang bener sih."
Untuk beberapa detik Zanan terdiam. Seperti apa yang dikatakan Adam padanya tentang seorang perempuan adalah dirinya. Tiga detik berikutnya, Zanan menyadari sesuatu dan menunduk malu.
"Jangan nunduk gitu. Saya jadi nggak bisa lihat muka cantik kamu." Adam menyeletuk lagi. Membuat Zanan mendongak lalu memukul lengan lelaki itu karena malu. Adam hanya tertawa.
"Otak kamu isinya gombalan semua ya?" Zanan bertanya sembari meminum susu kotaknya. Rasa kesalnya pada Adam seketika hilang. Tapi, rasa khawatir itu masih ada.
Adam menggeleng, "Nggak. Saya kan udah bilang, otak saya isinya kamu semua."
"Jangan gitu, ih!" Zanan malu. Ia bahkan menutup mukanya dengan susu kotak karena malu.
Adam yang melihat itu tentu tersenyum, "Kamu nggak capek ya, Nan?"
Zanan menyingkirkan susu kotak dari wajahnya, lalu menatap ke arah Adam.
"Capek kenapa?"
"Kamu nggak capek ya jalan-jalan dipikiran saya?" Adam menyeletuk. Detik berikutnya ia menggeleng sendiri, "Eh, nggak pa-pa deh. Kamu bebas jalan-jalan disana. Apalagi disini." ujarnya sambil menunjuk ke dada miliknya.
"Adam, ih!" Zanan menggerutu sebal.
Adam kembali tertawa. Menurut Adam, segala sesuatu yang dilakukan Zanan selalu menggemaskan di matanya. Setelah Zanan menghabiskan susu kotaknya, Adam lalu mengantar Zanan pulang.
— ㅇ —
Sesampainya di rumah, Adam memarkirkan motornya di bagasi lalu masuk ke dalam rumah. Hal yang menyambutnya pertama kali adalah sunyi. Selalu seperti itu. Rumah Adam memang terlihat mewah dan membuat orang-orang iri. Tapi, mereka bahkan tidak tahu, dibalik kemewahan itu ada sunyi yang menusuk hati hingga membuat sesak di dada.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZADAM
Teen Fiction"If you are broken and I'm broken, why don't we trade the pieces and make something new?"