Jangan lupa putar video di atas ya, selamat membaca :)
— ㅇ —
Zanan bingung harus berbuat apa. Semuanya terlalu tiba-tiba. Ia bahkan tak menyangka bahwa Adam akan mengatakan hal seperti itu padanya. Otaknya berusaha keras untuk mencerna apa yang baru saja ia dengarkan. Zanan bahkan tak berani menatap ke arah Adam.
Zanan benar-benar diam seperti patung. Ia tidak tahu harus bilang apa. Sebab pernyataan Adam tak membutuhkan jawaban. Lelaki itu hanya mengutarakan perasaannya saja. Tidak lebih. Jadi Zanan bingung harus menjawab apa.
Jika ditanya apakah Zanan juga suka dengan Adam, ia juga tidak tahu. Ada perasaan dalam dirinya yang masih belum jelas. Zanan mungkin tertarik dengan Adam. Ia bahkan diam-diam memiliki harapan agar bisa mengenal Adam dengan baik. Tapi apakah itu semua cukup untuk menyimpulkan Zanan juga menyukai Adam? Entahlah. Semuanya terlihat samar-samar.
Keheningan pun lagi-lagi menyelimuti mereka berdua. Matahari juga sudah terbenam sepenuhnya. Adam yang melihat reaksi Zanan yang sebisa mungkin menghindari tatapannya, lantas tersenyum. Adam juga sadar bahwa mungkin itu terlalu cepat. Ia juga hanya sekadar mengutarakan perasaannya, belum mengajak untuk saling menjalin hubungan.
"Udah, nggak usah terlalu dipikirin. Anggep aja yang tadi itu pemanasan." celetuk Adam menghacurkan keheningan diantara dia dan Zanan, "Laper nggak? Balik, yuk. Tapi mampir makan dulu ya."
Zanan hanya mengangguk. Ia bahkan mengambil kembali kantongan berisi susu kotaknya dan menentengnya tanpa mengatakan apapun. Zanan lalu berjalan mendahului Adam meninggalkan rooftop tersebut.
Tidak butuh banyak waktu untuk sampai di parkiran. Setelah Adam mengambil motornya di parkiran, ia memarkirkannya tepat disebelah Zanan. Zanan pun hendak naik diboncengan Adam, namun suara lelaki itu menghentikan pergerakannya.
"Bentar, jangan naik dulu." ujar Adam mencegah pergerakan Zanan. "Lo pakai ini. Angin malem nggak baik buat kesehatan." ujar Adam melepas jaketnya lalu menyerahkan pada Zanan. Zanan awalnya menolak, tapi Adam memaksa. Alhasil gadis itu pun mengalah.
Ia memakai jaket Adam yang kebesaran di badannya. Lalu setelah itu, barulah Zanan naik di atas motor Adam. Setelah memastikan Zanan sudah duduk dengan baik, Adam lalu membawa motornya menuju tempat makan.
— ㅇ —
Adam mengarahkan motornya menuju tempat langganan ia memakan nasi goreng bersama teman-temannya. Kebetulan tempat itu tak begitu jauh dari rumah Zanan. Setelah memarkirkan motornya, Zanan pun turun dari motor.
Mereka berdua lalu duduk di kursi yang kosong dan saling berhadapan. Tiga detik berikutnya, sang penjual pun menghampiri mereka dan menanyakan menu yang akan mereka pesan.
"Wah, Adam sekarang dateng bawa pacarnya ya?" tanya sang penjual nasi goreng yang biasa disapa dengan Mas Bambang. Beliau bahkan sudah tahu nama Adam.
"Belum jadi pacar nih, Bang. Doain aja biar lancar." celetuk Adam lalu melirik ke arah Zanan, "Hmm.. Saya pesen nasi goreng, nggak pedes tapi, Bang. Seperti biasa." Adam menyebutkan pesanannya.
"Neng cantik pesen apa?" tanya Mas Bambang ramah pada Zanan.
"Nasi goreng, tapi pedes ya, Bang." sahut Zanan lalu tersenyum. Mas Bambang lalu mengangguk, dan pergi meninggalkan meja tersebut.
"Sori nih, gue bawa lo ke tempat beginian. Disini enak, meskipun kelihatan kek makanan pinggir jalan, tapi rasanya setara dengan restoran bintang lima." celetuk Adam.
"Santai aja. Gue juga suka kok makanan pinggiran gini." Zanan menyahut tanpa melihat ke arah Adam. Jujur saja ia masih canggung. Melihat Zanan yang seperti itu, membuat Adam jadi merasa tidak enak.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZADAM
Teen Fiction"If you are broken and I'm broken, why don't we trade the pieces and make something new?"