07

1.5K 143 4
                                    

Adam meringis kesakitan saat ia mengobati sudut bibirnya. Suaranya bahkan mendominasi di studio latihan tersebut. Devan yang melihat itu menawarkan diri untuk membantu Adam.

"Lo sih lepas kendali." Devan mengomel sambil memberikan sedikit obat merah pada kapas dan mengolesinya di sudut bibir Adam yang terluka.

"Dia duluan." Adam menyahut sambil menyandarkan kepalanya di sofa hitam yang terdapat di studio tersebut dan memejamkan matanya.

"Gue juga kesel sih lihat kelakuan dia yang sok senior. Norak, anjeng!" celetuk Devan dan tidak sengaja menekan sudut bibir Adam yang terluka dan membuat lelaki itu mengerang kesakitan.

"Pelan-pelan, nyet!" ujar Adam meringis kesakitan. Devan lalu meminta maaf dan menyengir.

Adam melirik ke arah Gian yang sibuk dengan ponselnya. Lelaki itu bahkan senyum-senyum sendiri.

"Lagi ngapain lo? Nonton anuan?" tanya Adam membuat Gian melihat ke arahnya.

"Udah tobat gue. Nggak lagi nonton begituan." sahut Gian.

"Halah, bullshit. Padahal tiap malem lo nonton." cibir Devan.

"Suka fitnah aja lo, kambing!" ketus Gian yang disusul tawa Devan. Sedangkan Adam hanya terkekeh.

Setelah mengobati luka Adam, Devan pun merapikan kembali obat merah dan kapas tersebut dan menyimpannya di kotak obat. Detik berikutnya, pintu ruang studio tersebut pun terbuka dan memunculkan sosok Bi Mina yang membawa pisang goreng coklat dan tiga gelas milo panas. Gian dan Devan yang melihat itu langsung menyeringai. Gian yang tadinya sibuk dengan ponselnya, kini menghampiri Bi Mina dan membantu wanita paruh bayah tersebut untuk membawa nampan yang berisikan makanan dan minuman untuk mereka bertiga.

"Emang Bi Mina yang paling mantap!" sorak Devan sambil memperlihatkan dua jempolnya kepada Bi Mina. Membuat wanita paruh baya tersebut tersenyum. Bi Mina lalu melirik Adam yang sedang memejamkan matanya dan bersandar pada sofa.

"Lho, muka Nak Adam kenapa?" tanya Bi Mina pada Gian dan Devan. Sebab ia pikir Adam sedang tertidur, padahal lelaki itu hanya memejamkan mata.

"Biasa, Bi. Dia bosen jadi orang ganteng, makanya sekali-kali mukanya dibonyokin dulu." sahut Gian terkekeh lalu memakan pisang coklat tersebut.

"Sudah diobati?" tanya Bi Mina menatap cemas ke arah anak majikannya itu. Ia bahkan paham maksud dari perkataan Gian.

"Udah kok, Bi." Devan menjawab lalu mencoba meyakinkan Bi Mina bahwa Adam baik-baik saja. Setelah itu, wanita paruh baya tersebut pun keluar dari studio dan kembali mengerjakan sisa pekerjaannya.

Gian dan Devan sibuk memakan pisang goreng coklat yang sudah menjadi cemilan kesukaan mereka setiap kali datang ke rumah Adam. Sedangkan Adam masih saja memejamkan mata. Devan jadi berpikir bahwa lelaki itu sedang tertidur. Bahkan ketika sebuah bunyi pesan masuk yang berasal dari ponsel Adam terdengar, lelaki itu masih tetap memejamkan mata.

Devan yang kebetulan berada di dekat ponsel Adam melirik ke arah benda persegi panjang tersebut dan membaca sebuah nama dari pengirim pesan.

"Dari siapa, Van?" tanya Gian.

"Zanan." sahut Devan menatap Gian.

Adam yang mendengar nama tersebut langsung membuka mata dan meraih ponselnya. Gian dan Devan yang melihat reaksi Adam seketika terkejut. Kedua mulut mereka bahkan terbuka. Tapi Adam tak menghiraukan mereka, ia lalu membuka ponselnya dan membaca pesan dari Zanan.

               Zanan : You okay?

Membaca pesan itu tentu saja menciptakan sebuah senyuman di wajah Adam. Detik berikutnya ia pun membalas pesan tersebut.

ZADAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang