Suara mesin mobil terdengar jelas di telinga Adam. Lelaki itu baru saja ingin memejamkan mata, namun suara tersebut mengalihkan niatnya. Adam lalu bangun dari kasur, dan berjalan keluar dari kamar. Ketika melihat pintu utama terbuka, Adam pikir ayahnya baru saja pulang. Namun dugaannya salah. Rio bahkan terlihat sedang ingin keluar rumah. Pakaiannya terlihat santai.
Adam mengamati gerak-gerik ayahnya dari lantai dua. Rio terlihat sangat hati-hati membawa sebuah tas hitam yang berada digendongannya. Pria itu bahkan melihat ke arah kiri dan kanan. Seperti berjaga-jaga untuk memastikan bahwa tidak ada yang melihatnya keluar rumah selarut ini.
Setelah memastikan semuanya aman, Rio lalu melenggang keluar dari rumah. Pria itu bahkan menutup pintu secara perlahan agar tak mengeluarkan suara. Melihat tingkah laku ayahnya yang aneh, membuat Adam curiga.
Lelaki itu lalu kembali ke kamarnya. Menyambar kunci motor dan jaket berwarna hitam, lalu turun menuju pintu utama. Setelah memastikan mobil ayahnya sudah meninggalkan halaman rumah, barulah Adam menuju bagasi untuk mengambil motornya dan mengikuti ayahnya secara diam-diam.
— ㅇ —
Adam menghentikan motornya tidak jauh dari mobil ayahnya. Adam sedikit bingung saat mobil Rio berhenti di depan gedung tua yang sudah tak terpakai. Untuk apa Rio datang ke gedung seperti itu selarut ini? Terlalu banyak pertanyaan yang kembali mengisi otak Adam. Pertanyaan itu semakin bertambah saat seorang pria keluar dari gedung tua tersebut dan menghampiri Rio yang sedang berdiri beberapa langkah dari pintu gedung.
Keduanya saling berpelukan singkat layaknya bersahabat. Rio dan pria tersebut sedikit berbincang. Adam tidak bisa mennagkap apa yang mereka bicarakan. Sebab tempatnya berdiri terbilang jauh. Maka dari itu, Adam hanya bisa mengamati.
Rasa kantuk yang sedari tadi ia rasa, perlahan menghilang. Apalagi saat Rio menyerahkan tas yang dia bawa kepada pria tersebut. Membuat fokus Adam semakin tertuju padanya.
Pria tersebut mengambil alih tas tersebut, dan tersenyum penuh arti. Adam berusaha memfokuskan pandangannya dibantu oleh lampu pinggir jalan yang memancarkan cahaya remang.
Semua pertanyaan dalam otaknya kembali muncul memenuhi pikirannya.
Untuk apa ayahnya memberikan tas tersebut pada pria yang ia temui?
Apa isi dari tas itu?
Ada hubungan apa antara Rio dengan pria tersebut?
Terlalu banyak pertanyaan yang muncul. Adam jadi kesal sendiri memikirkannya. Ketika matanya menangkap pergerakan ayahnya yang sedang berjalan menuju mobilnya, Adam lalu bergegas untuk pulang. Ia harus tiba di rumah sebelum Rio. Jika tidak, mungkin akan terjadi perdebatan lagi antara dirinya dengan Rio. Maka dari itu Adam bergegas pulang. Menembus dinginnya angin malam yang membenamkan segala pertanyaan dalam otaknya. Meskipun hanya sesaat. Dalam hati ia berniat untuk menyelediki apa yang beberapa menit lalu ia lihat lebih jauh.
Ini mungkin terdengar kelewatan batas. Namun Adam benar-benar menaruh rasa curiga pada ayahnya.
— ㅇ —
Jam istirahat kali ini membuat lapangan basket sekolah terlihat ramai. Bagaimana tidak, Adam dan teman-temannya sedang bertanding melawan Yogi cs. Di gerombolan Adam memang ada beberapa siswa kelas sebelas dan dua belas, maka dari itu ketika Yogi menantangnya untuk bermain basket, Adam hanya menyetujui. Maka dari itu baik Adam, Gian dan Devan tidak pergi ke kantin bersama Kaila dan Zanan.
Gerombolan Adam tidak memberikan sedikit cela untuk Yogi cs menguasai bola. Skor kedua tim juga terlampau jauh. Adam dan teman-temannya lebih unggul. Banyak anak perempuan yang merelakan jatah makan siang mereka hanya untuk menonton Adam dan teman-temannya. Menurut mereka, Adam terlihat lebih tampan berkali-kali lipat saat sedang berkeringat dan berolahraga. Aura lelaki itu memang memikat mata banyak orang.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZADAM
Teen Fiction"If you are broken and I'm broken, why don't we trade the pieces and make something new?"