MOZAIK 6

33.5K 1.7K 25
                                    

Mozaik 6

***

Dress elegan berwarna shocking pink rancangan Alexander McQueen itu sudah tergeletak di tempat tidur Sara membuat kening gadis itu berkerut.

Dia langsung mengambil sebuah note kecil yang terletak disampingnya dan membacanya.

Dress itu dari Cameron dan ia menyuruh Sara untuk memakainya untuk menemaninya ke sebuah acara pelelangan amal, sebagai nyonya besar Frances.

Gadis itu lantas mendesis panjang. Dia adalah seorang designer, walaupun tidak sekelas McQueen, tetapi ia punya banyak dress yang tidak kalah cantik untuk ia pakai.

Sara sengaja tidak menyentuh dress yang -ia tak dapat memungkiri, benar-benar seleranya tersebut, walaupun warnanya begitu terang menyolok.

Sara tetap duduk bergeming di samping dress tersebut sambil menunggu kedatangan Cameron.

Ia tahu betul jika dress itu dikirimkan oleh George sementara suaminya itu sedang berkutat dengan pekerjaan yang sangat dicintainya itu. membuat Sara semakin sebal saja karena merasa selalu di nomor-duakan daripada pekerjaannya.

Cameron masuk ke kamar dengan langkah pelan, tanpa menghiraukan Sara yang sudah duduk dengan kedua tangan bersidekap di depan dada.

Armani suit berwarna abu-abu tua miliknya sudah mulai kumal dengan dasinya yang telah ia longgarkan. Rambutnya sedikit berantakan dan wajahnya terlihat kelelahan.

Dia mengernyit ketika melihat Sara yang duduk tegap dengan bersidekap, belum lagi dengan tatapan matanya yang seolah-olah membuat Cameron menjadi suami-yang-tidak-pernah-pulang-pulang, atau bahasa kerennya Bang Toyib.

"Kau masih belum memakai dress-mu?" tanyanya malas.

Dia melepaskan dasinya dan melemparnya ke sembarang tempat. Membuat Sara semakin kesal karena sudah dapat dipastikan, ia yang akan membereskan semua pakaian berantakan dari Cameron itu. tabiat lelaki itu tidak pernah berubah dari semasa kecilnya dulu.

"Untuk apa?" Sara bertanya dengan ketus, "aku mempunyai banyak dress yang tidak kalah dengannya."

"Pakai saja. Aku sudah mencarikan keluaran paling baru untukmu, Sara." Cameron menanggapinya hambar.

"Aku tidak mau."

Cameron menggeram. Sara ini benar-benar tipe isteri yang menyusahkan dan paling menyebalkan, ya?

Suami baru saja pulang kerja, kelelahan, bukannya disambut dengan senyum manis dan kecupan hangat, malah dibuat tinggi emosi saja.

"Pakai saja, Sara." Dia melemparkan dress itu kasar, matanya berkilat-kilat tajam dan penuh amarah. "jangan membantahku!"

Sara terhenyak, sontak wajahnya memucat. Dia langsung mengambil dress itu tanpa berkomentar lagi dan segera menggantinya.

Dia keluar setelah kurang lebih satu jam melotot didepan kaca dan melihat Cameron sudah memakai tuxedo berwarna hitam miliknya.

Dasi kupu-kupu yang melilit lehernya terlihat lucu dan membuatnya sedikit lebih muda. Rambutnya sudah rapi dan kemungkinan pria itu sudah mandi.

"Ini, tidak nyaman."

Dia bergerak-gerak gelisah karena kebetulan sekali dress itu memiliki desain yang membuat punggungnya yang indah terekspose sempurna.

Bahkan kulit putih mulus gadis itu dapat dirasakan karena tidak ada yang menghalanginya.

Heels, Tux And CurseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang