Mozaik 13
***
Suasana ruangan dengan dominasi putih itu lebih hening dari biasanya. Hanya ada bunyi peralatan rumah sakit yang bersahutan. Sara, masih di tempatnya semula, berdiri tegak dan memandang Charlotte yang tersenyum padanya. Beberapa detik kemudian Sara menoleh ke arah sang dokter, yang telah berjasa merawat Charlotte dari awal.
"dr. Dunant, bagaimana keadaannya?" tanya Sara langsung.
"Cukup panggil aku Walter saja, Sara. Bukankah kita sudah berteman sejak high school?" dr. Dunant tersenyum ramah. Memandang lekat penuh arti pada Sara.
Sara menghela nafasnya perlahan, "Well---yeah, tapi dokter kan seniorku."
"Sekarang kita tidak berada di lingkungan sekolah lagi, Sara. Apa salahnya jika kau memanggilku dengan nama saja? Biar lebih akrab."
Sara hanya meng-iyakan permintaan dokter tersebut. "dokter Walt?"
"Tanpa dokter tentu saja," ralatnya.
"Oke, Walt," ujar Sara lirih. "Bagaimana keadaannya sekarang?"
"Banyak kemajuan, seperti yang kau lihat sendiri."
Sara memandangi Charlotte sekali lagi. "Charlotte sayang, apa kau sudah sehat sekarang?"
Charlotte mengangguk kecil. Wajahnya masih pucat dan ekspresinya seperti anak-anak. Lugu sekali. Padahal usia gadis itu sudah berkepala dua.
"Sudah makan?" tanya Sara lagi.
Charlotte menggeleng. Dia terlihat meminta belas kasih dari Sara, persis seperti anak SD.
"Maafkan aku," pinta Sara. "Hari ini aku tidak membawakanmu bento. Lagipula kunjungan ini diluar dugaanku..." Sara berdeham sebentar, "sebenarnya, aku sudah lama tidak ke sini, ya? Sibuk sekali. Untung saja kakaknya Paige yang bertanggung jawab untuk merawatnya."
Paige lalu mendatangi Sara, berdiri di sisi temannya itu. "Sudahlah, Sara. Ini kan berita baik untuk kita. Dia sudah terlihat semakin pulih."
Sara mengangguk. "Setelah sekian lama, hmm."
Paige menjawab, "Ya. Bagus sekali."
Sara mendesah keras, lalu menoleh ke arah dokter Walter. Dokter itu masih tersenyum lebar seraya menunggu kalimat yang akan keluar dari mulut gadis itu.
"Siapa sih keluarga Charlotte? Kenapa mereka tega sekali menelantarkan Charlotte begitu lama disini?"
Pertanyaan itu tentunya tertuju pada dokter Walter. Namun sepertinya dokter itu enggan menjawab pertanyaan Sara, walaupun gadis itu melemparkan tatapan memelasnya. Sekaligus minta dikasihani. Ia akan tetap memilih untuk bungkam.
"Jawab aku, Walt," sewot Sara.
dr. Dunant hanya tersenyum misterius. Dia -Walter Dunant- menggelengkan kepalanya dan membuat Sara cemberut karena jawabannya.
***
Sara memandang layar datar televisinya yang berukuran besar. Mulutnya terus berdesis tatkala melihat iklan yang gencar ditampilkan berulang disana. Ingin rasanya ia melemparkan remote televisi tepat ke arah televisi, namun ia teringat jika semua barang di rumah ini adalah milik Cameron.
Ya, suami sialan tampan dan sangat menyebalkan baginya itu.
Ngomong-ngomong soal lelaki itu, Sara sendiri cuek saja dengan kebiasaannya yang sudah sangat dihafal wanita itu. Kalau tidak asyik berolahraga di ruang gym, steaming di private sauna area, atau bercinta dengan setumpuk pekerjaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heels, Tux And Curse
ChickLitSara Rose, mencintai koleksi sendal jepitnya melebihi apapun. membenci semua hal berbau parlente, high heels, dan musuh yang mempermalukannya dengan sepasang sepatu hak tinggi -tidak lain teman masa kecil yang menyebalkan, Cameron Frances. Cameron F...