MOZAIK 20
***
Rebecca memasuki sebuah kamar di rumah inti keluarga Bernard itu dengan mengendap-endap. Setelah mengunci pintu dari dalam dan memastikan tak ada yang melihatnya, ia memandang berkeliling ke setiap sudut ruangan. Menemukan sosok yang dicarinya sedang terlelap dengan selimut tebal yang menutup seluruh tubuhnya, hanya menyisakan kepalanya saja.
Dia menyeringai tipis kemudian menggoncang tubuh mungil itu dari tempat tidur. Berusaha membangunkannya.
"Charlotte," panggilnya manis.
Charlotte, gadis yang terlelap tadi, membuka matanya dan menatap Rebecca dengan heran.
"Ya?" lirihnya.
Rebecca tersenyum hangat. "Ibumu memanggil."
"Ibu?"
Rebecca mengangguk mengiyakan.
Charlotte duduk di tempat tidur, ia berusaha berdiri namun gagal. Akhirnya gadis itu hanya meringis.
"Kambuh lagi, ya?" tanya Rebecca khawatir. Lebih tepatnya sok khawatir.
Charlotte mengangguk pelan.
Dengan baiknya, Rebecca kemudian mengambilkan kursi roda Charlotte di sudut ruangan. Dia membantu gadis itu untuk duduk di kursi rodanya.
"Sini aku bantu," tawarnya manis.
Charlotte yang semula curiga, mulai menaruh percaya pada wanita Barbie tersebut.
"Thanks," ucap Charlotte setelah ia berhasil duduk.
Rebecca mengangguk, "anytime."
Charlotte kemudian menghembuskan nafasnya sambil mengucek kedua matanya. Ia sangat mengantuk saat ini. Sementara Rebecca mendorong kursi roda itu ke sebuah ruangan.
Charlotte tergelak. "Ini bukan kamar ibu."
Rebecca hanya diam sambil terus mendorong kursi rodanya. "Siapa bilang kita akan ke kamar ibumu?"
Masuk ke dalam ruangan--atau kamar tidur tersebut, mereka sudah disambut oleh Julius yang menyeringai senang pada anaknya.
"Kerja bagus sayang," pujinya sambil bertepuk tangan.
"Demi ayah," jawab Rebecca.
Julius langsung mengambil alih kursi roda Charlotte. Sementara gadis itu membeku di tempatnya. "Aku sarankan, kau jangan banyak bergerak apalagi mencoba kabur dari kursi roda."
Rebecca tertawa. "Ayah. Dia kambuh. Dia lumpuh."
Julius ikut tertawa. Namun lebih licik dan mengerikan. "Aah, aku lupa dia lumpuh."
Delapan menit kemudian, mereka sudah berhasil keluar dari rumah inti. Mereka sempat membius Charlotte sebelum menggendong tubuh lemah itu bersama mereka berdua.
Mobil melaju menjauhi pusat kota Paris saat Charlotte membuka matanya. Gadis itu duduk di apit Rebecca dan salah seorang lelaki bertubuh besar di dalam mobil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heels, Tux And Curse
ChickLitSara Rose, mencintai koleksi sendal jepitnya melebihi apapun. membenci semua hal berbau parlente, high heels, dan musuh yang mempermalukannya dengan sepasang sepatu hak tinggi -tidak lain teman masa kecil yang menyebalkan, Cameron Frances. Cameron F...