MOZAIK 19

25.9K 1.6K 69
                                    

MOZAIK 19

12.00 AM

***

TOKO roti itu masih sama seperti puluhan tahun yang lalu. Bahkan lukisan tuan gingerbread cookies di pintu masuknya masih ada. Hanya warna catnya yang sedikit berubah karena mungkin beberapa kali dipoles ulang.

Gadis itu, Sara, masuk ke dalam toko dengan langkah kecilnya. Kardigan warna krim miliknya terlihat sedikit kebesaran, tentu saja mengingat pakaian itu adalah milik ibunya. Sara melihat wanita tua yang sedang menunduk dan berdiri di belakang kasir itu penuh rindu. Dia masih sama seperti dulu, perbedaannya, hanya ada keriput yang menghiasi setiap jengkal tubuhnya. Wanita itu sedang asyik menyusun pernak-pernik Natal di meja kasir.

Saat Sara menatapnya untuk kesekian kali, wajah itu mendongak. Awalnya dia hanya menatap Sara dengan biasa, namun kemudian wajahnya terperangah dan senyum lebar terlukis di wajah tuanya.

"S-sara...?" Ia bertanya ragu.

Sara tersenyum. Dia mendekat ke arah wanita itu. "Madam Fleur."

Madam Fleur, langsung keluar dari bilik kasir dan menghampiri gadis tersebut. Dia refleks memeluk Sara.

"Oh, Sara! Kemana saja kau? Ibumu telah lama mencarimu. Kau sudah tahu dia..."

Sara mengangguk. Ada raut kesedihan di wajahnya. "Aku sedang berada di San Fransisco saat berita itu terdengar."

"Oh, sayang. Aku turut berduka."

Sara mengangguk pelan. Dia tidak menangis lagi. Tidak ingin dan ia terlalu lelah untuk menangis.

Madam Fleur segera membawa Sara duduk di tokonya. Dia menatap wajah sembab gadis itu dengan terkejut.

"Kau baik-baik saja, Nak?"

Sara berusaha tersenyum lagi. "Aku pasti bohong kalau mengatakan baik-baik saja."

Madam Fleur menghela nafas, "jika kau ingin bercerita padaku, aku mendengarkan. Kalau-kalau itu bisa meringankan bebanmu."

"Terima kasih. Kau sangat baik padaku," lirih Sara.

"Setelah sekian lama kau pergi, kenapa baru kembali sekarang?"

"Aku tidak kuat lagi di Amerika," akunya jujur.

"Sayang, ada apa lagi? Bukankah dulu kau yang kabur ke sana? Bahkan ibumu juga tidak tahu dimana keberadaanmu saat itu."

"Dulu aku begitu naif dan egois," ungkap Sara. "hanya karena ayah sering memarahiku, aku langsung minggat."

"Ayahmu tahu dimana kau berada. Tetapi dia tidak ingin memberitahukannya pada ibumu," ucap Madam Fleur. "Apa yang sebenarnya terjadi?"

Sara mengangkat bahu. "Entahlah. Aku juga heran dengan sikap ayah sebelumnya."

"Bahkan dia hanya mengatakan pada ibumu bahwa lebih baik kau pergi kesana," ungkap Madam Fleur. Membuat Sara terkejut. "dia beralasan itu akan baik bagi ibumu, bagi mereka."

"Ayah mengatakannya?"

Madam Fleur mengangguk. "Ibumu sering datang kesini dan bercerita padaku. Aku prihatin ketika ia datang bagai zombie kesini."

Heels, Tux And CurseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang