MOZAIK 24
***
Untuk teman-teman yang bersedia membaca cerita ini dengan penuh kesabaran.
***
Suasana di kompleks pemakaman itu sangatlah sunyi. Cameron berdiri dalam diamnya sementara Sara memutuskan untuk menunggu pria itu bereaksi. Dia tahu jika genggaman Cameron pada selembar foto tersebut begitu kuat. Ekspresi pria itu juga terlihat lebih dari syok. Membuat Sara semakin penasaran.
"A-ada apa?" tanya Sara hati-hati. Setelah hampir sepuluh menit dalam keheningan, gadis itu tak sanggup lagi untuk memendam rasa penasarannya dengan begitu lama.
Cameron masih diam. Tetapi ada suara tarikan nafas yang terdengar berat dibaliknya.
"Cammy..."
Cameron akhirnya mengerjap. Dia menatap Sara penuh penyesalan. Sara mengernyit melihat perubahan ekspresi Cameron tersebut.
"Sara," panggil Cameron lirih.
Sara menatapnya penuh pengertian.
"Gadis ini--maksudku Bethany, dia meninggal karena apa?"
Sara menautkan alisnya. Padahal ia ingat betul mengatakan penyebab kematian dari adik yang hanya berbeda satu bulan darinya itu.
"Kecelakaan," jawab Sara kalem.
Cameron mendesah. "Dios mio!"
Sara mengernyit karena tidak tahu maksud dari pria itu. "Ada apa? Apa ada yang salah?"
Cameron mendesis. Ia mengepal kedua tangannya erat. Sorot matanya penuh trauma sekaligus emosi. Dia hanya menjawab pertanyaan Sara dengan suara dinginnya.
"Aku yang membunuh Bethany."
***
Sepuluh tahun yang lalu. Paris, Prancis.
Mobil Ferrari hitam itu melaju kencang di daerah sempit dan kumuh Prancis tersebut. Sang pengendara, seorang pemuda tampan berusia tujuh belas tahun, terus menginjak pedal gasnya tanpa memelankannya sedikitpun. Dia mengendara ugal-ugalan lantaran sedang berada dibawah pengaruh alkohol.
Suasana sangat sunyi ditambah kegelapan yang menyelimuti, membuat jalanan terlihat mencekam. Remang-remang di setiap sudut sehingga bagi siapapun yang melewatinya, harus ekstra hati-hati sebab terlalu redup.
Ketika sampai di sudut jalan, ia tidak melihat ada seorang yang melintas menyeberangi jalan. Karena mobilnya yang melaju terlalu kencang, ia tidak dapat mengeremnya lagi dengan jitu. Seolah pelajaran sains miliknya tidak bisa digunakan lagi. Suara ban berdecit apalagi bergesekan dengan aspal tidak bisa dihindari. Dia langsung menuju ke arah gadis yang menyeberang tersebut. Bahkan pemuda tadi sempat melihat wajah gadis itu yang sempat tersorot lampu mobil.
Mobil sport itu, langsung menghantam tubuh orang yang menyeberang tadi. Membuatnya terseret hampir tiga meter sebelum mobil berhasil berhenti enam meter didepan tubuh orang tersebut. Seorang gadis muda.
Pemuda di dalam mobil tersebut terlalu syok untuk menyadari apa yang terjadi. Sehingga, ia menyimpulkan jika korban tersebut telah meninggal. Suasana begitu sepi sehingga pemuda tadi memutuskan untuk kabur. Dia langsung memasukan persneling mobilnya dan melajukannya ke tempat yang ia rasa, sudah cukup aman nantinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heels, Tux And Curse
ChickLitSara Rose, mencintai koleksi sendal jepitnya melebihi apapun. membenci semua hal berbau parlente, high heels, dan musuh yang mempermalukannya dengan sepasang sepatu hak tinggi -tidak lain teman masa kecil yang menyebalkan, Cameron Frances. Cameron F...