MOZAIK 23

30.6K 1.4K 31
                                    

MOZAIK 23

***

"Lepaskan aku, Cam."

Sara memandang mata Cameron lekat. Kedua tangan Cameron bahkan ia rasa hampir mencekiknya. Atau itu hanya karena ia paranoid berlebihan seperti saat ini?

Diluar dugaan, Cameron mencium Sara. Pelan dan intens. Bahkan Sara tak kuasa menolaknya karena gadis itu sendiri tahu jika pejantan didepannya itu seorang good kisser.

Sara melenguh ketika pria itu melumat bibirnya. Rapi sekali sehingga Sara merasa bahwa ini ciuman terlembut dari Cameron. Tidak tergesak-gesak dan terkendali. Ciuman termanis yang tidak berlandaskan nafsu dibaliknya.

Cameron menghentikan ciumannya mendadak. Kedua tangannya turun ke pinggang Sara, merengkuhnya sehingga semakin memangkas jarak mereka berdua.

"Kau tahu kenapa, Sara?"

Cameron mengulang pertanyaannya. Dia tersenyum manis pada Sara. Membuat gadis itu merona.

Sara menjawab pertanyaan itu dengan gelengan. Dia tidak bisa munafik untuk menampik pesona pria dihadapannya itu. Ia ingin menunduk, namun otaknya mengkode ke seluruh saraf gerak bahwa dirinya masih harus menatap Cameron. Ingin memandangi pria itu lama-lama.

Cameron mengembuskan nafasnya perlahan. Menatap tajam ke bola mata hazel milik Sara. Sebuah senyum tipis dan nelangsa hadir dibibirnya.

"Karena tahu jika aku akan mencintaimu, Sara."

Pernyataan Cameron barusan benar-benar membuat Sara membeku ditempat. Merasakan jika jantungnya hampir berhenti berdetak.

***

Besok hari. Siang hari setelah pertemuan Sara dan Cameron.

Hari ini, Amelie memutuskan untuk mengunjungi Mary Gwenn di rumah sakit jiwa. Dia membungkus karangan buah kesukaan Mary dan pergi ke sana sendirian.

Langkah kakinya terhenti saat melihat Nancy mondar-mandir di depan pintu. Sebuah baki berisi makan siang yang masih utuh tergeletak di trolly mini.

"Ada apa?"

Pertanyaan yang keluar dari mulut Amelie jelas saja mengagetkan Nancy. Perawat tersebut langsung tersenyum lebar melihat kedatangan penyelamatnya itu.

"Nyonya tidak mau makan lagi." Nancy menjelaskan.

Amelie hanya tersenyum, "biarkan aku masuk."

Nancy mengangguk. Dia membuka pintu kamar Mary dan menemui wanita itu sudah pingsan di samping tempat tidurnya.

"Panggilkan satpam! Aku harus segera membawa Mary ke rumah sakit umum!"

Permintaan itu langsung digubris Nancy dan gadis itu kemudian berlari sambil cemas mencari para satpam.

***

Sebelumnya, pagi hari yang cerah di sebuah president suite room number 1106, 11th floor.

Cameron melingkarkan lengan berototnya pada sebuah tubuh. Dia tersenyum sambil terus menutup kedua matanya saat mencium harum shampoo yang tercium dari rambut lebat dan lembut gadis itu. Sara, sedang tertidur membelakanginya dalam satu ranjang setelah kejadian semalam.

Heels, Tux And CurseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang