MOZAIK 11

30.4K 1.8K 26
                                    

Mozaik 11

***

Sara mengiris bahan untuk garnish di depannya dengan cermat. Dalam urusan dapur, gadis itu memang sudah termasuk kategori lihai. Tidak perlu kursus memasak yang mahal, ia sudah terbiasa memasak berbagai makanan dengan tangannya sendiri dengan semua ilmu memasak yang ia peroleh secara otodidak.

Setelah meletakkan garnish tersebut, ia langsung menata meja makan secantik mungkin. Sementara itu, Emily masih sibuk memilih jenis wine apa yang akan ia minum saat dinner kali ini.

Suara bel berbunyi dan memaksa Sara menghentikan kegiatannya sejenak. Seorang asisten rumah tangga yang menemaninya menyiapkan meja makan juga sontak berhenti. Mereka bertukar pandang, kemudian sang asisten rumah tangga -namanya Elise- yang membukakan pintu.

Tuan Antonio Frances, ayahnya Cameron, adalah tamu tersebut. Dia masuk ke ruang makan sambil melonggarkan dasinya. Lelaki tua itu tampak lelah, namun ia masih tetap terlihat sehat, tegas dan bijaksana.

"Sara? Kau berkunjung ke sini?" tanyanya ramah. Usai disambut Emily mesra tadi, ia langsung duduk di kursi utama.

"Iya," jawab Sara canggung. Dia sebenarnya begitu menghormati ayahnya Cameron ini semenjak dulu.

"Aku yang mengundangnya, sayang," sahut Emily langsung. Dia duduk di sebelah kanan Tuan Antonio dan menuangkan wine ke dalam gelas mereka. "Aku kesepian jadi aku mengundangnya kesini."

"Tapi Em tidak merepotkanmu 'kan?" tanyanya khawatir. "Biasanya dia cerewet sekali."

Sara melirik ke arah Emily, yang pura-pura cemberut. Kemudian tersenyum dan menggeleng.

"Tidak. Em--maksudku Mom, sama sekali tidak merepotkanku."

"Baguslah." Dia meneguk wine tersebut. Kemudian melanjutkan kalimatnya, "kenapa tidak sekalian dengan Cameron? Ah, tentu saja anak itu selalu terlarut dalam dunianya sendiri."

"Salah siapa sih Cameron tidak pernah ditegur jika dia sudah berurusan dengan bisnis? Sudah ku katakan dari dulu jika buntutnya seperti ini," sewot Emily. "Sekarang kau lihat, bahkan dia cuek sekali dengan istrinya. Kasihan Sara. Dia pasti kesepian ditinggal terus."

"Aku baik-baik saja, Mom." Sara langsung menyahut.

"Aku tau perasaanmu Sara sayang." Emily melirik dengan tatapan memojokkan untuk Antonio. "Sifat siapa juga yang diwarisi Cameron? Benar-benar buah jatuh tak jauh dari pohonnya."

"Oke. Maafkan aku Em. Aku memang dulu seperti Cameron---"

"Bahkan sampai sekarang," potong Emily.

"Oke--aku bersalah, dan maaf. Tetapi setidaknya saat ini aku sudah ingat waktu bukan?"

Emily hanya mengangguk dan menopangkan dagunya dengan sedikit kesal.

"Kita tinggalkan masalah anak itu. Ngomong-ngomong Sara, kau tidak menyuruh Cameron untuk kesini juga?"

Sara menggeleng.

Emily langsung ikut berbicara. "Ehem, Sara sayang, malam sudah terlalu larut bukan? Bagaimana kalau kau menginap disini saja? Sudah lama kau tidak menginap disini."

Heels, Tux And CurseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang