Chapter 7

781 24 5
                                    

Kalo ada typo tolong dikasih tau yaa :d
Happy reading!!

*Travis' POV*

Aku memberanikan diriku mengirimnya sebuah pesan. Berkali-kali aku mencoba mengirimnya tapi aku tak yakin kata-kataku cukup bagus. 'Halo apa kabar?' 'Hai Stella' 'Halo, boleh kenalan?' 'Apa kau mengingatku?' 'Halo aku Travis' .
Semua itu sudah kuketik tapi kembali kuhapus. Rasanya sudah lama aku tidak mencoba mendekati seorang perempuan. Akhirnya kukirim sebuah 'Halo' untuknya. Aku merasa gugup sekali.

***

*Stella's POV*

Hari ini hari minggu. Aku selalu bangun siang di hari minggu. Kapan lagi kau bisa tidur sampai siang dan tidak melakukan apa-apa seharian. Hal pertama yang kucari setelah bangun tidur adalah ponselku. Jam sudah menunjukkan pukul 12 siang. Ada sebuah sms untukku. Jarang sekali ada yang mau mengirimiku pesan. Biasanya mereka mencariku lewat Messenger, semacam aplikasi untuk chatting gratis. Mungkin saja itu pesan dari operator yang mengingatkanku untuk mengisi pulsa. Tapi ternyata bukan. Itu adalah pesan dari nomor tak dikenal. Dia hanya menulis 'halo' saja. Pesannya dikirim 2 jam yang lalu. Siapa ini?

'Halo, siapa ini?' , balasku.
Aku lalu berjalan dengan sangat malas ke kamar mandi untuk mandi. Setelah mandi, buru-buru aku memeriksa ponselku. Ada pesan baru.

'Ini Travis. Apakah kau punya Messenger? Aku hanya ingin mengobrol.'

Astaga. Apa ini mimpi? Bagaimana mungkin? Aku melompat-lompat karena terlalu senang. Seorang Travis Dewson yang tampan itu ingin mengobrol denganku.
'Ya, tentu saja. StellaKinsley', balasku.

*Messenger*

TravisD12: haii
StellaKinsley: haii
TravisD12: kau tahu aku kan?
StellaKinsley: ya hahaha
StellaKinsley: darimana kau mendapatkan nomorku?
TravisD12: itu rahasia. Coba tebak
StellaKinsley: umm, Andrew?
TravisD12: anggaplah begitu hahaha
StellaKinsley: -_-

Aku senang sekali bisa mengobrol dengannya hari itu. Semoga saja obrolan kita bisa berlanjut hingga besok-besok. Aku tidak sabar memberitahu Ivy dan yang lainnya.

***

"Kenapa lama sekali?", tanya Ivy. Aku seharusnya sudah sampai di kelasnya 10 menit yang lalu. "Ada urusan dengan guru", kataku sambil tersenyum-senyum. "Lalu kenapa kamu tersenyum seperti itu? Ada hal bahagia apa?", tanyanya curiga. "Tak apa", jawabku masih sambil tersenyum. "Stella!", teriaknya membuatku menutup kupingku. "Jangan membuatku penasaran", sambungnya sambil mengayun-ngayunkan tanganku.
"Travis mengajakku mengobrol semalam", bisikku. "Apa!? Bagaimana bisa??", teriakannya terlalu keras. Aku mencoba menutup mulutnya tapi sudah terlambat. Lalu aku menceritakan semuanya dengan suara sekecil mungkin. Aku takut orang-orang disekitar mendengar ceritaku. Ivy hanya diam mendengarkan dan sesekali menunjukkan wajah terkejutnya. Setelah selesai mendengarkan, dia bertanya,"Apakah kau menyukainya?". "Entahlah", kataku. Lalu Ivy menatapku sambil tersenyum sepanjang hari itu.

Jangan lupa vote dan comment yaa!

Last KissTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang