Chapter 5

853 23 0
                                    

Happy reading!

*Stella's POV*

"Happy birthday to you! Happy birthday to you! Happy birthday, happy birthday... happy birthday to youuuu", Christopher membuat permohonan lalu meniup lilinnya. "Astaga, kenapa lilinnya tetap menyala", Christopher mencoba meniupnya lagi dan lagi. Ivy dan Cindy sudah tertawa terbahak-bahak. "Kami membeli magic candle.", kataku sambil menahan tawa. Andrew menatapku seakan tidak percaya dan Travis hanya tertawa kecil sambil menatap ponselnya. Christopher masih tetap sibuk meniup lilinnya itu sedangkan aku dan Cindy sudah berlari ke luar untuk menyiapkan tepung dan telurnya. Ivy mengikutiku dari belakang sambil mempersiapkan kamera. Aku bermaksud mengintip ke dalam untuk memanggil Andrew secara diam-diam. Betapa terkejutnya aku ketika seseorang menampakkan wajahnya dari balik pintu. Travis. Wajahnya hanya berjarak beberapa cm dari wajahku. Mungkin dia ingin mengintip apa yang sedang kami lakukan. Aku menatapnya cukup lama dan kurasa dia menatapku dengan aneh karena aku tak sanggup bergerak menjauh. Parfumnya wangi sekali. "Ah, maaf", katanya. Dia berjalan mundur sambil tersenyum kaku. "Umm, y-ya tidak a-apa", kataku dan langsung berjalan masuk karena aku tidak bisa berkonsentrasi. Aku berjalan menuju Andrew dan berbisik padanya. Christopher melihatku heran. "Ada apa?", tanyanya.
"Ikutlah dengan kami", kata Andrew.
"Kemana?",
"Keluar sebentar",

Saat Christopher melihat apa yang sedang dipegang Cindy, dia langsung berlari masuk ke dalam rumah. Tetapi Travis sedang bersandar di depan pintu dan dengan spontan mencegat Christopher.
"Lepaskan aku! Argghh sialan", teriak Christopher. Semua orang lalu menariknya menjauh dari rumah supaya rumahnya tidak terkena lemparan tepung dan telur. Kami semua melemparinya dengan tepung dan telur. Dan telur terakhir yang kumiliki berhasil mendarat di dahinya.

***

Semua orang sedang menunggu Christopher selesai mandi. Jam sudah menunjukkan pukul 9 malam. Travis dan Andrew berada di depan pintu rumah sedangkan aku, Cindy, dan Ivy duduk di ruang makan sambil makan kue.

"Travis sudah harus pulang. Ini sudah malam dan dia menyetir sendiri.", kata Andrew yang entah kapan dan bagaimana sudah berada di depan meja makan. Cindy dan Ivy sibuk dengan kue mereka masing-masing. "Baiklah", kataku sambil mengangguk. "Sampaikan ucapan terima kasihku karena sudah menjadi supir hari ini", sambungku setelah memasukkan satu sendok penuh kue ke dalam mulutku. "Ah, tidak masalah", kata Travis yang tiba-tiba masuk ke dalam rumah. Ia tersenyum dan melambaikan tangannya padaku. Seketika aku merasa tubuhku lumpuh. Tapi sepertinya Travis tidak memperhatikan karena ia langsung keluar setelah melambaikan tangannya kepadaku. Andrew tertawa kecil sambil mengikuti Travis dari belakang. "Hey, apa yang kau lamunkan?", tanya Ivy mengagetkanku. Cindy hanya tersenyum padaku seolah mengejekku. Seharusnya aku tidak mengakui perasaanku pada Travis kepadanya waktu itu. "Tidak apa-apa", jawabku seadanya. Ivy tidak kelihatan curiga sama sekali. Syukurlah, pikirku. Sepertinya aku akan mimpi indah malam ini.

Last KissTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang