Chapter 13

544 14 0
                                    

Happy reading! :D

*Travis' POV*

Stella terlihat cantik hari ini. Walaupun pakaiannya biasa-biasa saja, tetapi dia tetap cantik. Aku tahu aku pasti mengejutkannya dengan masuk ke dalam rumahnya. Aku adalah tipe pria yang selalu disukai orang tua pacarku. Jangan salahkan aku kalau banyak wanita yang menyukaiku karena hal ini. Mungkin aku memang mempesona. Tapu untuk hari ini aku gugup sekali. Bukan karena orangtua Stella, tetapi karena Stella sendiri. Kami sudah tidak bicara selama 10 menit di dalam mobil dan aku tidak suka rasa canggung ini. Aku membuka pembicaraan tetapi Stella hanya menjawab seadanya. Aku pun merasa frustasi. "Kau cantik sekali hari ini", kataku yang membuat matanya menatap tajam aku. Aku tidak tahu apa yang dipikirkannya, aku juga tidak tahu apa aku salah melangkah. "Umm, terima kasih. Kau juga", katanya padaku dengan nada sangat kecil. Stella bukanlah orang dengan suara sekecil itu. Aku tertawa geli melihatnya. "Apa? Aku juga? Aku cantik juga maksudmu?", ledekku. Stella tertawa dan suasana pun mencair. Aku menghembuskan napas lega. "Bukan. Bukan itu maksudku", sambungnya sambil melambaikan tangan. "Lalu apa maksudnya?", tanyaku lagi. Dia sejenak ragu untuk mengatakan apa yang sebenarnya mau dia katakan. Kemudian dia berkata, "tidak jadi, lupakan saja". Aku tersenyum melihatnya. "Aku tahu kau menganggapku tampan. Tidak usah sungkan. Bilang saja", kataku padanya dengan percaya diri. Satu hal yang menarik dari diriku. Aku punya rasa percaya diri yang tinggi, dan itu sebuah nilai plus bagiku karena semua wanita suka pria percaya diri. Tetapi kau harus bedakan mana yang namanya percaya diri dan mana yang pamer keahlian. Aku juga cukup humoris, menurut para wanita yang suka denganku. Mungkin saja mereka memang benar.

"Astaga, kau benar-benar tidak punya urat malu ya? Siapa juga yang menganggapmu tampan", katanya dengan melototkan mata. "Oh ayolah. Kau pernah bilang begitu dengan Andrew bukan? Atau dengan Ivy", kataku meledeknya. Wajahnya memerah seperti tertangkap basah. Seingatku memang dia tidak pernah mengatakanku tampan, tetapi aku tidak percaya dia benar-benar menganggapku seperti itu. "Wajahmu memerah", kataku yang membuat wajahnya semakin merah. Dia langsung membalikkan wajah ke arah luar jendela mobil. Suasana menjadi sunyi kembali, tetapi tidak canggung. Sunyi yang menenangkan. Tapi aku tidak suka sunyi. Aku membuka pemutar laguku dan lagu Zedd yang berjudul Done with Love bermain dengan indahnya.

"Kau suka EDM?", tanya Stella tiba-tiba membuka percakapan.
"Ya, suka sekali. Aku punya semua lagu Zedd di album yang ini", kataku. Stella tidak berkata-kata tetapi hanya membentuk mulutnya seperti huruf O.
"Kau suka EDM?", tanyaku padanya kembali. "Lumayan. Tapi pengetahuanku tentang EDM masih sedikit. Aku bahkan tidak tahu album terbaru Zedd apa", jelasnya. "Oh, ini album Zedd yang terbaru. Kau mau lagu-lagunya?", tanyaku. "Tentu saja", katanya dengan senang. "Aku akan memberikan flashdisk ku besok padamu", sambungnya. "Baiklah", katanya.

***

*Stella's POV*

Hari ini hari yang seru sekali. Tadi kami semua pergi menonton dan aku menghabiskan satu kotak popcorn yang sangat enak. Aku bingung kenapa popcorn di bioskop lebih enak daripada popcorn lainnya di luar sana. Tadi Travis yang mengantarku pulang dengan inisiatifnya sendiri. Sampai sekarang aku masih bingung dengan perlakuannya tadi. Aku merasa sedikit lebih istimewa dibandingkan temanku yang lainnya karena dia hanya menawariku untuk diantar pulang. Sedangkan Andrew harus meminta kepada Travis untuk mengantarnya pulang. Dan satu hal yang tidak terduga, dia menyuruhku duduk di kursi depan dan Andrew yang duduk di kursi belakang. Andrew dengan senang hati duduk di belakang dan tersenyum dengan lebar kearahku tiap kali aku melihatnya. Entah kenapa Andrew hari ini. Aku pun tidak menolak duduk di depan karena aku tidak suka duduk sendirian di belakang. Lagi-lagi Travis memutarkan lagu Zedd untukku seakan-akan ia bisa membaca pikiranku bahwa aku menyukai lagu-lagu di album Zedd yang kata Travis itu adalah album terbaru. Aku membaca tulisan di layar yang bertuliskan 'Zedd-Papercut (ft. Troye Sivan'. Astaga, aku tidak tahu Troye Sivan berkolaborasi dengan Zedd.

"Kau tahu Troye Sivan?", tanyaku pada Travis. Travis melihatku sejenak lalu berkata, "tentu saja. Kenapa tidak? Kurasa semua orang tahu Troye. Dia pacarnya Tyler kan?", katanya dengan acuh tak acuh seolah mengenal Tyler adalah hal yang biasa. Menurutku hanya orang yang sering menonton video di Youtube lah yang tahu siapa Troye dan pacarnya Tyler. Aku kagum pada pengetahuan Travis tentang itu.

"Tapi aku tidak tahu", kata Andrew dari belakang kursiku yang membuatku sadar akan keberadaannya di dalam mobil ini. Aku tertawa mendengarnya. Travis melihatnya dari kaca mobil dengan pandangan tidak percaya. "Apa? Kau tidak tahu Troye? Jangan berpura-pura. Tinggal di zaman apa kau ini? Zaman batu?", ucap Travis.

"Hey, tidak semua orang suka mendengar musik dan tahu berita hiburan terkini seperti kau ini", kata Andrew.
"Makanya aku tidak percaya kau tahu. Andrew saja tidak tahu", kataku pada Travis yang membuat dia menghela napas panjang sambil memukul setirnya dengan satu jari membuat irama. "Aku tidak tahu Andrew sebodoh itu", kata Travis dengan senyum yang ditahan-tahan sambil melihat kaca spion agar tidak menabrak mobil lain karena ia ingin memutar mobilnya. Travis memutar setirnya dengan satu tangan sedangkan tangan yang satunya dia letakkan di atas pahanya. Satu hal yang perlu kau ketahui, aku sangat terpesona dengan pria yang menyetir dengan satu tangan karena menurutku itu keren sekali. Dan Travis baru saja melakukannya.

"Hey, aku tidak bodoh. Kau yang terlalu pintar", kata Andrew pada Travis.
"Kau tahu, dia di kelas pintar sekali dalam hal berdebat ketika presentasi. Kalau soal ujian di kertas biasanya dia merah", kata Andrew padaku yang membuat aku dan Andrew tertawa. "Astaga Andrew, sekali lagi kau membuka aibku di depan Stella, akan kuturunkan kau di jalan", gertak Travis yang membuat Andrew percaya. Aku hanya tertawa melihat tingkah mereka berdua.

Sepuluh menit telah berlalu dan kami pun sampai di rumah Andrew. Aku dan Travis mengucapkan selamat tinggal lalu sekarang kami sedang menuju rumahku. Lagu Zedd cukup banyak karena sampai sekarang lagunya masih berputar sehingga suasana menjadi tidak terlalu sunyi. "Kau terlihat diam ketika berada di mobil berdua denganku", kata Travis. "Hah? Aku hanya tidak tahu harus bicara apa-apa", kataku. Travis tidak menjawab dan sepanjang perjalanan kami hanya duduk dalam diam. Akhirnya setelah entah berapa lama, kami pun sampai di rumahku. Tapi Travis tidak berhenti di depan rumahku. Dia malah berhenti di depan rumah tetanggaku. Aku pun bingung.

"Kenapa berhenti disin-", kataku tetapi terputus karena Travis langsung mendaratkan bibirnya ke bibirku. Aku merasa terkejut dan hanya terpaku selama beberapa detik. Travis melepaskan ciumannya lalu berkata, "Stella, kurasa aku menyukaimu".

Haii, first kiss Travis dan Stella lohh :D gimana??
Vote and comment yaaa..

Last KissTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang