Chapter 25

344 9 0
                                    

*Travis' POV*

Aku memasuki kelas di Selasa pagi yang cukup cerah ini dengan malas dan tidak memperhatikan sekitar.

"Travis!", teriak seorang laki-laki yang tak lain adalah Andrew.

"Kenapa?", tanyaku masih dalam keadaan sangat mengantuk.

"Lihat mejamu", katanya sambil menunjuk mejaku yang...

Aku mengerjapkan mata tidak percaya. Ada sebungkus bunga mawar yang indah di mejaku.

"Punya siapa?", tanyaku pada Andrew.

"Tadi ada seorang wanita tidak kukenal datang, katanya itu harus diberikan kepada sekretaris mading untuk dekorasi mading", kata Andrew sambil menatap bunganya dengan seksama.

"Ohh, yasudah", kataku.

Bel berbunyi menandakan kalau ini sudah waktunya belajar. Dengan malas aku membuka bukuku.

Aku memikirkan hubunganku dengan Stella. Tinggal 2 tahun lagi kami bersama, dan aku yakin 2 tahun tidak cukup untuk kami. Apa yang harus kulakukan bila dia menemukan yang lain selagi aku tidak ada disampingnya?

"Travis!", teriak guruku. Aku menyadari seisi kelas memandangku sekarang.

"Apa yang kau lamunkan? Pacarmu? Fokus ke depan!", kata guruku yang diikuti dengan tawa seisi kelas.

Bel berbunyi tanda waktu istirahat menyelamatkanku. Aku menghela napas lega. Aku kemudian mengambil bunga yang terletak di samping kursiku dan berjalan keluar kelas.

"Hai!", seseorang menepuk pundakku.

"Oh, kebetulan sekali. Ini-", kalimatku terpotong teriakan Amanda.

"Wah! Terima kasih! Kau baik sekali!", katanya lalu mencium pipiku tanpa ijin.

Aku tersentak dibuatnya. Berani-beraninya dia mencium pipiku sembarangan. Pipiku kan milik Stella seorang.

"Apa aku mengi-", aku baru saja mau memarahi Amanda ketika suara seseorang yang amat sangat kukenal menghentikanku.

"Kau lihat kan pria macam apa dia?", kata Claudya. Oh perempuan itu lagi.

"Travis..", suara Stella terdengar lirih. Aku menoleh kearahnya dengan sangat cepat.

"Stel-Stella... Itu tidak seperti yang kau lihat", kataku mencoba menjelaskan tetapi otakku rasanya tidak mau bekerjasama. Claudya berdiri disamping Stella dengan senyum miring yang menyebalkan. Ah sial.

"Itu yang ingin kau perlihatkan kepadaku Claudya?", tanya Stella dengan nada tenang. Seulas senyum mengembang di wajahnya.

Claudya tampak bingung dengan reaksi Stella. Mungkin bukan hanya Claudya, tetapi juga Amanda dan aku.

"Kau ini kenapa, Claudya? Kau tidak bisa menerima bahwa Travis tidak menyukaimu lagi?", tanya Stella dengan nada jengkel yang membuat Claudya membeku.

Bagaimana Stella tahu?

"Sungguh tidak penting", kata Stella yang kemudian menarikku pergi dari tempat itu.

"Stella..", kataku dengan pelan.

"Kau ini!", teriak Stella cukup keras di halaman belakang sekolah yang cukup sepi.

"Iya, maaf. Aku kira bunga itu untuk dekorasi mading", kataku sambil menundukkan kepala.

"Kenapa kau polos sekali Travis? Mereka mencoba menjebakmu. Mana ada dekorasi mading dengan bunga mahal seperti itu...", kata Stella dengan nada kesal. Tidak ada tanda-tanda kemarahan sehingga itu membuatku lega.

Last KissTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang