Chapter 27

271 10 0
                                    

Happy reading :D xoxo

*Nico's POV*

"Claudya...", kataku dengan berat hati. Sudah lama aku tidak menyebut nama itu.
"Sepertinya, ia tidak menyukai pacarmu", aku melanjutkan kata-kataku tanpa memalingkan wajah dari lantai.

"Ya, aku tahu", kata Travis kemudian. Aku dan Travis tidak sengaja bertemu di halaman belakang sekolah sehingga kami setuju untuk mengobrol sejenak.

"Sudah lama sekali kita tidak bertemu", kataku melanjutkan pembicaraan.

"Seharusnya, kau tidak merelakan Claudya untukku. Aku tahu waktu itu dia masih menyukaimu", kata Travis. Ia menatapku dengan serius kali ini.

"Aku hanya melakukan apa yang seharusnya aku lakukan", kataku sambil menerawang. Keadaan sekolah yang sudah cukup sepi memberikanku ruang untuk berpikir. Travis tidak menghiraukan kata-kataku. Ia juga ikut tenggelam dalam lamunannya sendiri.

"Baiklah, aku pergi dulu", kata Travis lalu beranjak dari tempat duduknya tanpa menoleh atau berkata sepatah kata pun.

Aku dan Travis bisa dibilang mempunyai hubungan yang cukup baik-seperti sahabat-dulu, beberapa tahun yang lalu. Kemudian aku menyukai seorang perempuan yang tidak lain adalah Claudya. Harus kuakui dia wanita paling cantik yang pernah kutemui waktu itu. Aku pun mulai mendekatinya. Karena status ku yang cukup terkenal di sekolah itu, aku pun bisa mendekatinya dengan sangat mudah. Sedangkan Travis, ia tidak terkenal seperti diriku. Ia lebih memilih tidur atau bermain daripada melakukan aktivitas-aktivitas yang bisa membuatnya terkenal. Dan ia tidak pernah mengungkit soal wanita. Ya, aku sudah coba beberapa kali untuk menyusun kencan untuknya tetapi tidak berhasil. Kemudian suatu hari, aku ingat sekali kejadian itu. Aku tidak sengaja melihat Travis dan Claudya bersama. Entah untuk apa, tapi aku yakin mereka lebih dari dekat.

"Nelson...", kata Claudya ketika ia tidak sengaja melihatku. Hanya dia dan Travis yang memanggilku Nelson.

Aku tidak bisa berkata apa-apa karena aku tidak mempercayai apa yang aku lihat.

"Ini... aku bisa jelaskan", kata Claudya yang dengan segera melepaskan genggaman Travis.

"Jelaskanlah kalau begitu", kataku setenang mungkin. Claudya seperti berusaha mencari kata untuk menjelaskan padaku, tetapi tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulutnya.

"Maafkan Claudya. Ini salahku karena aku menyukainya", kata Travis tiba-tiba. Aku bahkan tidak menyadari bahwa dia masih ada disana daritadi.

Claudya tidak berani melihatku sama sekali. Dan entah mengapa, melihatnya seperti itu membuat hatiku terasa sakit. Aku merasakan genangan air mulai muncul di mataku. Tanpa basa-basi, aku meninggalkan mereka berdua dari tempat itu.

Aku mendengar langkah kaki di belakangku sehingga aku mempercepat langkahku. Suara langkah itu semakin mendekatiku dan sebelum aku berbelok dari koridor aku merasakan sebuah tangan di bahuku. Aku menoleh dan mendapati Travis sedang menatapku dengan tatapan kosong.

"Ada apa lagi?", tanyaku sambil berusaha menahan air mata.

"Tidak apa-apa. Maaf karena telah menyembunyikan perasaanku darimu selama ini. Aku tahu kau pasti marah bila tahu aku menyukai Claudya. Tapi sepertinya kau memang harus tahu. Tadi itu tidak ada apa-apa, sungguh. Itu semua salahku. Aku yang memegang tangannya karena aku mau mengutarakan perasaanku", jelas Travis dengan nada memohon.

"Baiklah, aku percaya padamu", kataku seadanya kemudian aku memasang headphone di kepalaku dan memutar musik yang cukup keras. Aku selalu begitu, ketika tertimpa masalah, aku selalu berusaha bersembunyi dan malas mengatasi masalah itu. Walaupun aku tahu cepat atau lambat aku harus mengatasinya. Tapi untuk sementara, aku tidak sanggup.

Last KissTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang