"Kenapa aku nggak secantik mama".
Julita tersenyum,"kamu cantik. Siapa bilang kamu nggak cantik".
Prilly beranjak dari tempat tidur mamanya,ia berjalan menuju cermin besar yang ada di sana.
Prilly berdiri menatap lekat-lekat pantulan dirinya sendiri.
"Dia yang bilang aku nggak cantik". Ucap Prilly menunjuk kaca yang tak lain pantulan dirinya.
"Mama bisa menyulap kamu supaya lebih cantik dari mama". Ucap Julita kembali merangkul anaknya,"dengan satu syarat. Kamu harus berprestasi,dan obati merah-merah di tubuh kamu".
Senyum indah mulai terpancar dari wajah Prilly,ia mengangguk dan berlari keluar kamar.
"Ma,aku ke apotek beli obat".
****
Rumah Ali...
"Ma,Ali besok berangkat ngikutin anak PA".
"Kemana Li? Emang udah dapet izin dari sekolah?". Tanya Mama Ali,Mama Eci.
"Emang tugas dari sekolah...roti bakar dong ma". Ucap Ali saat berbincang dengan mamanya di ruang makan.
"Bentar mama bakar dulu".
"Terus gimana sama photographer kamu itu". Lanjut Mama Eci sembari mengoles mentega.
"Nggak gimana-gimana,Ali pingin ngalir gitu aja. Nggak pingin di paksain untuk jadi ini itu ma..".
*Ting tong-ting tong*.
"Ada tamu tuh,bukain sana". Ali beranjak dari duduknya,ia berjalan menuju pintu depan.
*Krek*
Sosok pria berjaket putih dengan tas ransel berdiri di balik pintu membelakangi Ali.
"Maaf,ada yang bisa saya bantu".
*BRUG*
Tiba-tiba pria di hadapan Ali ini menjatuhkan tasnya.
Ali semakin terheran-heran namun ia tak mengucapkan apa-apa lagi.
"Ali Alkhatiri...". Ucapnya lirih.
Ali mulai tersenyum,entah apa yang membuatnya tersenyum.
"Lo mau masuk,apa diem aja di luar". Ucap Ali dengan tawa yang tertahan.
"Hahaha jangan dong bro,ketahuan deh gue".
"Hahaha sok-sok'an lagi,sok cool loh".
"Ali..siapa? Kamu lama banget sih,eh ya ampunnn ada Errue...masuk nak masuk"
Ali pun merangkul Errue,sahabatnya sejak lahir.
"Kapan dateng? Gimana kabar mama kamu,sehat kan?".
"Iya tante,baru aja dateng. Nih baru duduk,kalau sama Ali malah mau di tutup lagi pintunya haha". Candanya membuat Ali menoel kepala Errue.
"Oh iya kebetulan,tante lagi buat roti bakar nih bentar ya,tante ambilin".
"Nggak usah tante,nanti aja. Errue mau ajak Ali keluar sebentar,mau cari sesuatu hehe".
"Ohh gitu iya sudah nanti mampir lagi ya...".
Begini begitu lah kalo udah ketemu sama ibu-ibu --".
Errue sontak menarik tangan Ali keluar menuju motor yang terparkir di halaman depan rumah Ali.
"Lo mau kemana,tiba-tiba pamitin gue lagi".
"Besok lo mau penjelajahan menaiki gunung lewati lembah kan?".
Ali mengangguk,"kok tahu?".
"Gue kan udah sekolah di tempat lo dan...kebetulan pas banget ama pendaftaran exkul,jadi gue ikut PA".
Ali diam tanpa expresi mendengarkan penjelasan Errue.
"Baru masuk tadi sih,nahh pas gue daftar ehh elu malah pacaran jadi gue nggak mau ganggu dong...".
"Pacar?". Tanya Ali bingung.
"Iye...pacar". "Bukan pacar gue,dia adik kelas". Ucap Ali sedikit melotot.
"Ya kalii...udah yuk cabut". Errue dan Ali pun berboncengan menyusuri jalanan malam yang mulai sepi,padahal waktu masih menunjukkan pukul 20.00.
"Tumben ye sepi". Ucap Ali heran.
Errue tak menjawab,ia hanya mengangkat kedua bahunya.
Perjalanan kembali senyap.
"Tolong...lepasin..tolong jangan ganggu aku...pergi ! Pergi!".
Sayup-sayup terdengar suara jeritan seorang wanita meraung meminta pertolongan.
Ali yang mendengarnya mulai menggebuk-gebuk punggung Errue yang asyik saja menyetir.
"Stop..stop...gue denger ada yang minta tolong deh,berhentiin dulu motor lo". Ucap Ali.
Sontak saja Errue menginjak rem dan menghentikan laju motornya di tepi jalan,ia juga mematikan mesin motornya agar apa yang di ucapkan Ali itu betul kebenarannya.
Sepersekian detik,suara itu hilang.
"Mana,ngarang lo ya". Protes Errue.
"Ngapain gue ngarang denger jeritan perempuan di tempat sepi kayak gini ha?".
"Ya tapi man..".
"Tolong...siapapun tolongin aku...tolong..!!!".
"Tuh denger kan lo!". Kali ini Errue mengangguk setuju dengan ucapan Ali.
"Lo tunggu sini ya,gue mau cari sumber suara itu". Ucap Ali mulai melangkah pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
EGOku
FanfictionKetika mata menemukan hati yang tepat. Ketika cinta menemukan hati yang bijak. Ketika hati melihat sebuah pengorbanan. Ketika cinta melihat sebuah ketulusan. Ketika sebuah EGO datang. Menghancurkan sebuah hati yang tulus. Perpisahan tak bisa di hind...