Killa menatap tak percaya laman web miliknya yang kini telah di hack. Ada sebuah berita tentang Kalil Gibran yang entah bagaimana bisa masuk ke dalam halaman utama tanpa ia sortir terlebih dahulu. Bahkan berita itu kini menjadi trending topic. Dengan cepat Killa memutar otaknya, mencoba mencari jalan keluar dengan cepat. Namun kekuatan otaknya tak secepat jari-jari orang yang menyebarkan berita tersebut ke media sosial mereka. Kini sudah lebih dari seribu orang yang menyebarkannya, membuat Killa gigit jari.
Setelah proses berpikir yang sia-sia, Killa memilih menghubungi Alden. Tanpa butuh waktu lama sahabatnya itu menerima sambungannya.
"Killa, gue udah bilang jangan cari masalah sama Kilal 'kan? Kenapa lo gak dengerin gue sih? Malah di web lo jelas banget fotonya bohongan," Alden sudah terlebih dahulu berbicara dengan cepat. Membuat kepala Killa semakin berputar.
"Alden sayang, gue gak tahu kenapa bisa kaya gini. Dan gue gak bisa menghapus berita ini! Web gue kena hack entah sama sia- oh! Ini pasti ulah Ratu! Sialan!" Cacinya cepat, Killa geram dan akan memastikan jika Ratu mendapatkan lebih dari yang ia lakukan.
Tidak ada orang lain selain Ratu yang berani melakukan ini padanya. Tapi, Ratu salah memilih lawan. Dengan cepat Killa memutuskan sambungan walau di ujung sana Alden memanggil namanya berkali-kali. Kali ini jemarinya menari di atas pad laptop dan membuka sebuah folder dengan nama Fake Queen dan dengan cepat puluhan foto dan video juga word tentang Ratu terpampang, sebuah senyum tersungging di bibir Killa. Tidak, ia tak akan menggunakan web miliknya hanya untuk menjatuhkan seorang Ratu, Killa tak akan membuang waktu untuk hal seperti ini. Dia memilih untuk menyetak foto-foto tersebut, ah, untuk video berdurasi tiga menit itu nantinya akan Killa kirim ke berita sekolah.
Dan sekarang ia harus mencari tahu siapa yang berkhianat di dalam timnya. Lagi, Killa menghubungi seseorang.
"Gen, gue butuh bantuan lo. Nah, memang tentang masalah itu. Web gue kena hacked. Lo tahu apa yang harus lo lakuin," setelah mengatakan itu, Killa menggambil satu lembaran hasil cetakannya dan tersenyum.
Ratu, benar-benar salah memilih lawan.
* * *
Kalil tak pernah mengerti jalan pikiran orang dewasa. Mereka selalu seenaknya, tak pernah mendengar dan tak memberi kesempatan baginya untuk menjawab. Kalil benci tiap kali ia menjawab pertanyaan yang ditunjukan padanya malah berakhir menjadi nasehat panjang tentang betapa tidak sopannya ia telah memotong pembicaraan. Kadang Kalil heran, sebenarnya apa mau mereka?
"Kalil, sudah berapa kali ibu bilang jangan merokok di sekolah! Jangan karena kamu anak komite kamu bisa seenaknya," Ibu Anita kembali berujar. Namun sepanjang apa pun itu, Kalil hanya menatap kosong ke arahnya, terlihat tak berminat sama sekali.
Sampai akhirnya guru bimbingan konseling itu diam, Kalil angkat bicara. "Udah capek ya bu? Ya udah saya duluan ya, matematika nih bu."
Tanpa mengucap salam, Kalil menutup pintu ruangan tersebut kemudian berjalan menuju kelasnya. Kalau saja tak ada perjanjian itu, sudah pasti Kalil akan memilih bolos daripada masuk ke dalam kelas matematika. Tapi itu dulu, sekarang demi mobil impiannya Kalil tak akan membolos lagi, bahkan di kelas matematika yang dibencinya sekali pun. Betapa hebatnya sebuah mobil yang dapat mengubah Kalil, bukan?
"Maaf pak, saya telat," Kalil masuk setelah mengetuk pintu kemudian dengan sopannya ia mencium punggung tangan guru matematikanya sebelum berjalan menuju bangkunya.
Kalil tak menyadari keheningan yang tercipta karena perbuatannya. Ia bahkan tak sadar jika guru matematikanya masih terbengong. Sampai akhirnya, Kalil mendongak, mendapati seluruh perhatian yang diarahkan padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BADASS
Teen Fiction"Gue beruntung ketemu lo." * B A D A S S * p.s: setting, plot dan lainnya masih berantakan.