Sebelas

11.3K 989 38
                                    

* BADASS BAGIAN KE DUA*

Kalil terbangun secara tiba-tiba, ia merasa seperti terjatuh. Matanya mengerjap, "sialan!" Kemudian ia meraih ponselnya, di layar jelas tercetak angka 5.30 dan matanya langsung terbuka lebar saat itu juga.

"Mampus, gue telat!" Dengan gerakan cepat Kalil langsung membuka selimutnya dan loncat dari kasurnya. Ia berlari menuju kamar mandi, meraih handuk yang berada di beranda kemudian hampir saja terpeleset di depan kamar mandi.

"Duh, anjir, kaki gue!" Kalil melompat kecil, walau hanya hampir terjatuh kakinya tetap terasa sakit. "Bodo deh," katanya tak peduli di detik selanjutnya.

Kalil tak mandi, hanya mencuci wajah dan menyikat giginya. Dengan serampangan ia meraih botol minyak wanginya dan menyemprotnya habis-habisan di seluruh tubuhnya. Tanpa memperdulikan jika ia menghabiskan hampir setengah dari botol minyak wangi mahalnya. Bahkan Kalil tak peduli jika ia harus menabung lagi untuk membeli sebotol minyak wangi dengan merk yang sama, ia bahkan sempat berfikir untuk membeli minyak wangi murah yang dijual di mal.

Tujuh menit dan Kalil telah siap dengan seragam sekolah juga ransel hitam yang terlampir di bahu kanannya. Kalil baru akan melangkah keluar kamarnya ketika ia teringat bahwa ponselnya masih berada di kasur, ia langsung meraih ponselnya cepat.

Tiga menit kemudian Kalil telah berada di atas motor kesayangannya. Kalil langsung mengendarai motornya menuju sekolah, tadi malam Killa mengirim pesan untuk tak menjemputnya karena ayahnya akan mengantarnya. Jadi, pagi ini Kalil berangkat sendiri menuju sekolah, yah, walau baru beberapa minggu ini ia berangkat bersama Killa sih.

Saat berbelok, mata Kalil menangkap seorang gadis yang dikenalnya, ia menghentikan motornya di samping gadis itu dan membuka kaca helmnya. "Deera?"

Gadis yang dipanggil Deera itu menoleh kemudian tersenyum lebar. Dengan gerakan refleks ia memeluk Kalil, "ih! Kalil, ih! Gue kangen!"

Kalil tertawa, Deera memang selalu heboh dan berlebihan. "Duh, mati deh gue, Dee! Eh eh, gue telat nih nanti!"

Deera langsung melepaskan pelukannya dan terkekeh. "Sorry, eh, anjir udah jam segini! Lo jalan gih!"

"Lah lo ama siapa?"

"Gue lagi nunggu Lucas ganteng, Kal," Deera mengedipkan matanya saat menyebut kata ganteng. "Udah sana, lo nanti telat lagi." Deera mendorong pundak Kalil, membuat lelaki itu mengangguk. "Yodah, tiati ya. Gue duluan, Dee."

Kalil masih menatap Deera yang berdiri di tempat yang sama melalui kaca spionnya. Ia tersenyum tatkala melihat Lucas sampai dan mengacak rambut Deera. Ia kembali memfokuskan pikirannya dan mengendarai motornya dengan tenang. Kalil sampai di kelasnya tepat saat bel berdering.

"Pst! Lil!" Itu Killa yang tengah mengibaskan tangannya, menyuruh Kalil menghampirinya. Kalil yang baru saja menaruh tasnya langsung menghela, namun tetap berjalan menghampiri Killa. "Apaan?"

Killa sendiri langsung menyodorkan plastik hitam ke arah Kalil. "Nih, udah ya, gue ada akutansi nih!" Dan kemudian gadis itu berlari menjauh, menghilang di balik pintu kelasnya.

Kalil mengernyit kemudian satu alisnya naik. Sambil berjalan menuju bangkunya ia menebak-nebak isi plastik hitam tersebut. Apa ganja? Hah, mana mungkin Killa memberikannya barang haram. Kalil menggeleng, mungkin buku? Gez, mana mungkin.

"Paan tuh? Kaset bokep ya? Apa majalah bokep?" Andre menatap Kalil jail. "Katanya mo tobat, Lil, astagfirullah, inget udah kelas dua belas, Lil."

Dan tanpa aba-aba powerbank yang berada di meja Andre langsung berpindah ke kepala lelaki itu. "Si bangke! Otak lo diloakin apa gimana sih? Itu powerbank, malah diketok ke kepala gue! Sakit beloon!"

BADASSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang