Epilog

13.8K 1.1K 60
                                    

Killa menutup surat yang kini telah berwarna kekuningan, tulisan di dalamnya pun telah pudar. Kalau ditilik balik, surat itu telah berumur delapan tahun. Kini usianya telah dua puluh lima, namun dirinya masih setia menunggu Sang Penulis Surat.

Killa menghela napas, melipat kembali surat tersebut dan memasukkannya ke dalam map berwarna peach. Ia memakai headphone dan mulai memainkan audio yang akan diterjemahkan. Killa kini menjadi penerjemah diwaktu senggangnya. Sedangkan biasanya ia memilih membantu ayahnya. Di mejanya terdapat mocca float --yang syukurnya masih bertahan hingga saat ini--, kentang goreng, burger, soup cream dan spagetti, ya, Killa tengah berada di KFC.

"Boleh duduk di sini?" Killa hanya mendengar sekilas, namun, ia tetap mengangguk, membiarkan siapa pun itu duduk di hadapannya.

Lagi, Killa kembali sibuk dengan bahasa asing yang memenuhi indera pendengarannya. Hingga setengah jam kemudian --dan hanya menyisakan sampah-- ia menggeliat sedikit. Menghela napas, ia melepas headphone dan melepas kacamatanya yang kemudian digunakan kembali --setelah ia menutup matanya selama lima belas detik.

Saat itu, di KFC tengah memutar lagu Photograph dari Ed Sheeran, sepertinya ada yang request lagu tersebut. Killa mendongak, mendapati sepasang iris kecokelatan yang tengah memandangnya. Saat itu, jantung Killa lagi-lagi berdegup kencang.

"Hei?" Sapa lelaki dengan kaus putih panjang di hadapannya, dia tersenyum manis sekali. Lelaki itu mengulurkan tangan, "boleh kenalan? Gue Kalil."

Killa menggigit bibir bawahnya sebelum meraih tangan di depannya. "Killa, gue Killa."

Dan lagi, keduanya saling menukar senyum.

* * *

Dear the one who own my heart...

La, kalau lo baca ini, pertama gue mau minta maaf. Maaf karena gue pergi dan gak ngasih tau lo. Maaf karena gue menghilang begitu aja. Tapi, La, lo harus tau, ini yang terbaik. Gue gak bisa bertahan di Jakarta, tempat itu terlalu menyakitkan buat gue. Terlalu banyak kenangan buruk.

Gue gak bisa tinggal di sana, La, terutama setelah Aslan pergi. Dia alasan gue bertahan, tapi, saat dia pergi gue udah gak punya alasan untuk tinggal, La. Kalau pun lo sebagai alasan gue untuk tinggal, gue minta maaf karena itu gak cukup. Gue sayang lo dan itu gak perlu diraguin lagi. Keluarga gue gak nerima gue, buat apa lagi gue bertahan di Jakarta? Sementara Ibu datang dan ngajak gue pergi?

La, gue tau surat ini berisi terlalu banyak omong kosong buat lo. Gue juga gak bisa janji akan pulang, tapi satu yang gue tau La, lo udah nyuri hati gue dan selamanya gue gak bakal mau hati gue dibalikin. Hati gue milik lo dan selamanya begitu.

Kalau diinget, sejak awal pertemuan kita udah salah, La. Gue udah salah. Gue malah ngajakin lo pura-pura pacaran, kayanya gue kebanyakan baca novel ya? Haha. Jadi, La, kalau suatu saat nanti kita ketemu lagi, mau gak lo mulai semua dari awal?

Salam sayang,
Kalil.

* * *

Yeup, ini akhirnya!
Killa sama Kalil emang belong together, walau pun semua yang udah terjadi, mereka itu jodoh. Ini salah satu karakter yang paling gue suka. Keduanya saling mengisi. Kalau dipikir-pikir, kebanyakan cerita gue endingnya gantung gak danta gini ya? -_- tapi, semoga gak mengecewakan. Makasih buat yang udah baca, vote bahkan komen!

Special dedication to : @zabilla

BADASSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang