Tujuh

13K 1.1K 8
                                    

Kalil bangun beberapa menit sebelum alarmnya berbunyi. Ia menguap beberapa kali sebelum terduduk di pinggir tempat tidur. Mengucek matanya kemudian berjalan menuju kamar mandi dengan langkah mengawan.

Setelah selesai dengan urusan kamar mandinya ia langsung menarik sweter putih dan celana panjang kemudian memakai jaket kulit hitamnya. Ia baru akan membuka pintu saat pintu rumahnya diketuk. Dengan kernyitan yang terlihat di keningnya membuka pintu.

"Baru aja gue mau nelfon karena takut lo belum bangun," Aslan berkata dengan ponsel di tangan kanannya. Kemudian ia mengangkat alis kanannya, "Lo mau kemana?"

Kalil langsung menggaruk tengkuknya bingung, "Eh, ini baru bangun kok. Tadi abis pulang sekolah 'kan abis kerja kelompok gitu eh ketiduran, Lan."

Kalil merasa ia perlu membuat alasan selengkap-lengkapnya untuk membuat Aslan percaya. "Oh ya, lo ngapain ke sini? Gak pulang ke rumah?"

Aslan dengan cepat menekuk wajahnya, kesal. "Memangnya seorang kakak gak boleh ke tempat tinggal adiknya?" Aslan dengan seenaknya masuk ke dalam apartemen Kalil, langsung menuju ke dapur milik Kalil untuk mengeluarkan makanan apa pun yang ada di dalamnya.

"Boleh sih cuma kalau di jam segini 'kan mencurigakan. Belum lagi lo malah mencuri stok makanan untuk sebulan!" Kalil melotot saat melihat Aslan bahkan mengeluarkan susu, sereal, buah dan camilan milik Kalil. "Seenggaknya seseorang harus ganti rugi," rutuknya pelan.

Aslan mendengarnya, namun ia mengabaikannya dan mengeluarkan sereal ke dalam mangkuk kemudian menuangkan susu ke dalamnya. "Nanti gue gantiin elah, eh lo punya film baru?"

Kalil mendesah, gagal sudah rencananya. Ia mengeluarkan ponselnya dan mengetik pesan cepat. "Ada Big Hero Six tuh."

Aslan langsung berjalan menuju ruang tengah dan tiduran di atas sofa dengan mangkuk berisi sereal di perutnya. "Lil bikin popcorn buat gue dengan extra mentega. Gak pake lama."

"Oh, pasangin dulu filmnya!" Perintah Aslan saat Kalil baru saja melangkah menuju dapur.

Dengan langkah kesal Kalil berjalan menuju televisi, membuka kotak berisi film miliknya kemudian memasang Big Hero Six ke dalam DVD player. "Udah 'kan tuan?" Kemudian dengan sengaja ia membungkukkan tubuhnya kemudian berjalan menuju dapur.

Butuh waktu sekitar lima menit hingga aroma khas popcorn dan mentega menguar di seluruh apartemen Kalil. Kalil berjalan menuju ruang tengah dengan satu toples kaca besar di tangan kanan juga mangkuk besar di tangan kirinya. Ia menaruh mangkuk besar di perut Aslan dengan seenaknya dan memeluk toples kaca di kakinya.

"Udah lama ya kita gak gini?" Tanya Aslan dan Kalil hanya menjawab dengan gumaman. "Kalo gue kaya Tadashi lo sedih gak?"

Kalil mendengus, "Gue gak punya tante yang bakal ngurusin gue atau Baymax yang bakal ngerawat gue. Jadi gue gak bakal sedih, tapi gue bakal terpuruk."

Aslan diam, kemudian ia menghela napas. "Lo tau gue sakit."

"Lo tau semua penyakit ada obatnya." Kalil berujar dengan nada yang sama. "Sejak kapan lo nyerah sama penyakit lo?"

"Mungkin sejak gue tau umur gue tinggal beberapa bulan lagi," ujar Aslan pelan. "Gue belum nemuin pendonor yang tepat."

Kalil langsung terdiam, memikirkan kata-kata Aslan sebelum akhirnya menghela napas. "Lo pasti nemuin yang cocok kok, nanti. Gue yakin lo bisa bertahan kok. Lo gak boleh nyerah ... gak boleh ninggalin gue."

Aslan terdiam, kemudian ia menutup matanya dengan lengan kanannya. "Gue ngantuk, lo gak tidur? Besok sekolah 'kan?"

Kalil mengangguk, "Sekolah kok. Tidur di kamar sono, gue mau beberes dulu."

BADASSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang