Dika memasuki kelas dengan wajah yang datar, sesekali melirik Arga yang memasang wajah jailnya. Arga tidak akan puas jika dia tidak menggoda siapapun yang akan menjadi korbannya. Dika membuka bukunya untuk belajar sebentar walaupun tidak menjamin akan masuk kedalam otaknya nanti. Arga mencoba mendekati Dika yang sedang sibuk belajar karena nanti akan ada Kuis. Arga sudah belajar karena dia datang lebih dulu. Memang Arga terlihat sangat masabodo dan brandalan namun semenjak dekat dengan Senja, Arga selalu ingat pesan yang Senja bilang bahwa jangan pernah mempertaruhkan masadepan dengan leha-leha di masa sekarang. Oleh karena itu Arga belajar sebelum kuis walaupun hanya membaca sekilas.
"heh dik" kata Arga, mendekatkan kursinya kearah Dika. Dika tetap fokus dengan bukunya dan menanggapi hanya dengan gumaman.
" gue tahu cara bikin lu deket sama Senja" kata Arga dengan nada yang serius namun sedikit berbisik. Dika menoleh kearah Arga, tak ada raut diwajah Arga akan menjahili Dika.
"apa caranya ? bisa bikin dia gak benci gue ?" Tanya Dika dengan wajah serius
"kalau itu gue gak jamin bro, yang penting lu deket aja. muka lu biasa aja dong serius amat eh iya sorry semalem. Kapan-kapan gue cerita deh" kata Arga dengan sedikit menggoda Dika
"percuma aja kalau lu gak bisa bikin dia gak benci sama gue. Sialan luh" jawab Dika dengan pasrah lalu memukul kepala Arga dengan buku ditanganya
"Aduh" kata Arga meringis. Arga mengusap-usap kepalanya dan memberi tatapan tajam pada Dika namun Dika hanya terkekeh.
"pokonya lu tenang aja deh" kata Arga. Dosenpun masuk dan mereka harus siap menghadapi kuis. Arga kembali ketempat duduknya semula.
*******
Perkuliahanpun selasai, semua sudah pulang lebih dulu namun tidak dengan Senja. Senja menunggu agak sepi baru akan pulang, dengan setia Edwin menunggunya. Edwin Sekelas dengan Senja dan menurut orang lain itu adalah sebuah keberuntungan. Namun Edwin tidak begitu setuju, dengan adanya Senja terkadang ia kesulitan berbuat jahil dan sangat merepotkan bagi Edwin, yang harus meladeni para pria yang menanyakan tentang Senja kepadanya. Senja malas meladeni pria-pria itu tapi bukan berarti Senja tidak pernah bicara kepada mereka. walaupun Senja terkadang sangat dingin namun Senja juga terkenal dengan sikap ramahnya. Senja jarang terlihat marah, dia selalu tenang menghadapi apapun tapi bukan berarti dia tidak akan marah jika diganggu. Menurut Senja bersikap masabodo kadang berguna untuk menghadapi manusia – manusia yang waktunya hanya digunakan untuk mengurusi orang lain.
Senja keluar bersama Edwin namun Arga dan Dika menghampiri mereka. Senja melihat Susi dan Rani dari kejauhan, mereka berdua akan segera kesini. Senja hanya memperhatikan Arga dengan seksama, Senja sangat paham sekali dengan gerak gerik Arga.
"ada apa ? sedang merencanakan apa dalam otakmu ?" Tanya Senja tanpa basa basi. Membuat ketiga pria itu terkejut. Susi dan Rani yang baru saja hadir menggaruk kepala yang tidak gatal karena bingung melihat ketiga wajah pria itu pucat.
"ah pasti Senja tahu sesuatu dan mereka pikir Senja tidak tahu si" ledek Rani
"tentu saja Ran, mereka daridulu selalu bodoh" tambah Susi. Arga menatap Susi dan Rani dengan tajam namun mereka membalas dengan menjulurkan lidah. Edwin menggaruk kepalanya, Sedang berpikir bagaimana menyampaikannya kepada Senja.
" apa ?" Tanya Senja dengan tatapan dingin
"nanti ada acara amal dan kamu akan menjadi panitia bersama Dika." Kata Edwin ragu-ragu. Edwin menatap Arga, memberi isyarat untuk melanjutkan perkataannya.
" aku hanya ragu Senja jika kamu mau." Kata Arga dengan sangat hati-hati.
"siapa yang merencanakan ini ?" Tanya Senja
KAMU SEDANG MEMBACA
Matahari untuk Senja ( editing )
RomanceSenja, menutup hatinya untuk pria mana pun. ia masih setia menunggu masa lalunya kembali. lalu datang seorang pria, mengacaukan dunianya. tatapan kebencian Senja tak mampu membuat pria itu berhenti. akankah Senja luluh dan melupakan masa lalunya?