kacau

506 25 0
                                    

Mulmed : Mahardika Cahyo Purnama

*****

Senja berlari menuju UGD, ketika ia mendapatkan kabar dimana tempat keempat sahabatnya sedang ditangani. Dika terus menemani Senja walaupun ia harus bekerja pagi ini. Senja membuka pintu dengan perlahan, jantungnya berdegub dengan cepat, badannya gemetar dan kakinya mulai melemas. Ia mencium aroma obat memenuhi ruangan itu, Dika merangkulnya dan membantu Senja mencari mereka. ia menghembuskan nafas lega, ketika mendengar tawa dari suara yang sangat familiar di telinganya. Langkahnya dipercepat menuju suara tersebut, sedangkan tanpa sadar ia meninggal Dika yang sedang menggeleng-geleng kepala melihat kepanikannya.

Senja membuka gorden biru dengan perlahan dan menemukan Arga yang sedang berbaring dengan perban membalut kepalanya. Ia sesekali memijat kepalanya akibat pusing. Tidak hanya di kepala, ada juga luka dibagian lengan kanannya. Mereka menyadari keberadaan Senja, yang sedari tadi menatap mereka dengan tatapan nanar. Mereka tersenyum kepada Senja dan Dika, Senja masih mematung sedangkan Dika membalas dengan senyuman tulus.

"kami baik-baik saja Senja, hanya sedikit memar saja" ucap Rani, menghampirinya lalu memeluknya. Mencoba menenangkannya. Airmata Senja turun begitu saja dengan ucapan syukur yang tak berhenti ia ucapkan. Susi mengusap punggung Senja, membantunya agar lebih tenang.

"dia begitu kacau ketika mendengar kalian kecelakaan, kalau aku tahu kalian hanya seperti ini. aku lebih memilih untuk tidur" ucap Dika dengan datar. Edwin meninju lengannya dengan begitu keras, membuatnya meringis kesakitan. Mereka hanya tertawa melihat itu, tak terkecuali dengan Senja.

Senja menghampiri Arga dan mencium kening Arga dengan lembut. Membuat mereka begitu terkejut, Dika hanya menganga melihat itu. mata mereka membulat tak percaya. Namun Senja tak mempedulikan itu sedangkan Arga senyam senyum kegirangan.

"masih sakit ?" tanya Senja dengan lembut

"sudah lebih baik setelah kamu cium Senja" kata Arga dengan terkekeh, lalu memainkan alisnya untuk menggoda Dika. Namun sial baginya, berakibat kepalanya kembali berdenyut dan menghasilkan rasa sakit.

"syukurin"ucap Rani

"dasar mesum" kata Susi

"seharusnya kau mati tadi" kata Edwin, mendelik matanya dengan sebal

"hanya kening, aku bibirnya" kata Dika spontan. Mereka semua membulatkan mata mendengar itu. Senja dengan cepat memukul kepala Dika dengan tas miliknya. Senja melotot sedangkan Dika hanya bersiul seolah tak peduli dan sesekali memegang kepalanya yang terasa sakit.

"lebih baik aku pulang saja, disini aku disiksa terus. Huh" kata Dika pura-pura merajuk. Namun mereka pura-pura tak peduli, membuat Dika tersenyum masam.

"suara hantaman yang kamu dengar itu berasal dari suara mobilku yang menabrak pohon. Aku sengaja melakukan itu agar tidak ada korban selain kami, beruntunglah aku tidak membawa mobil secepat biasanya. Memang kami awalnya panik tapi kami berusaha untuk tenang" jelas Arga

"luka yang dialami Arga karena pecahan kaca. Mereka bertiga sudah pingsan lebih dulu. Namun aku melihat ada dua orang pria bertubuh kekar menolong kami dan membawa kami kemari" tambah Edwin.

"yang penting, sekarang kalian baik-baik saja" kata Senja dan menghembuskan nafas lega

*****

Pras sedang menunggu seseorang datang, ia menyeruput kopi dengan nikmat. Mungkin jika ia masih merokok saat ini, ini akan menjadi aktivitas favoritnya. Semenjak ia berjanji pada dirinya sendiri untuk berubah menjadi lebih baik, dengan susah payah ia berusaha untuk berhenti. Ia ingat Senja pernah bilang, ia hanya perlu mengurangi sedikit demi sedikit batang rokok yang biasa ia bakar. Setahun yang paling menyiksa baginya, rasa asam saat sehabis makan membuatnya tersiksa atau saat ia stress. Semua jadi begitu sulit setelah ia lepas dari rokok, namun semua berbuah manis. Sekarang ia benar-benar berhenti merokok.

Matahari untuk Senja ( editing )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang