Dika tak bisa tidur karena kejadian tadi siang, darimana datangnya sikap lancangnya itu. Dika menyakinkan dirinya untuk meminta maaf kepada Senja esok hari. Semoga tidak akan ada masalah baru, atau membayangkan Senja akan semakin membencinya adalah hal yang sangat tidak diinginkan oleh Dika. Dika memejamkan matanya perlahan dan berdoa semoga esok hari baik untuknya.
Keesokan harinya, ia sudah tidak sabar berbicara kepada Senja. Lebih tepatnya untuk meminta maaf kepada Senja. Sehabis mata kuliah selesai, Dika langsung bergegas menghampiri Senja. Bahkan ia tidak mempedulikan ledekan dari Arga yang mengatakan Dika sangat merindukan Senja. Dika melihat Senja sedang membereskan bukunya, tak ada Edwin disana.
"Senja" kata Dika menepuk bahu Senja, Senja menoleh namun dengan tatapan datar. Tak ada lagi tatapan dingin yang biasa ia berikan.
"apa ?" Tanya Senja
"soal kemarin, aku ingin minta maaf" kata Dika dengan wajah serius
" minta maaf apa ?" Tanya Senja dengan bingung. Senja masih belum mengerti maksud Dika
"soal kemarin, waktu aku menci....." kata Dika lalu tiba Rani memotong perkataan Dika
"menci apaan ?" Tanya Rani dengan tatapan yang mencari tahu kebenaran
"eh anuu, i....ituuu" jawab Dika dengan terbata-bata
Ternyata bukan hanya Rani ada pula ketiga sahabatnya yang lain. Rani terus menatap Dika dengan tatapan tajam yang membuat Dika semakin salah tingkah. Sedangkan Senja terlihat biasa aja. Rani dan Susi berbisik-bisik, membuat ketiga pria itu penasaran apa yang sedang mereka bicarakan. Sesekali Susi menatap Dika dan kembali berbicara dengan Rani.
"bulu ketek Agung Hercules , jangan bilang lu udah. Ya Tuhan Dika" kata Susi dengan berteriak, wajahnya sedikit terkejut mendengar perkataan dari Rani.
"gue gak sangka sama lu, ya ampuunnnn" tambah Rani, semakin heboh
"kalian ini kenapa sih" geram Arga. Terlihat Edwin frustasi melihat tingkah kedua wanita itu
"lu denger gak sih ? tadi Dika bilang menci menci. Menci apa coba kalau bukan itu. Ya ampun bahkan gue gak sanggup bilangnya" kata Susi yang masih heboh
Arga dan Edwin saling lirik, lalu memperhatikan Senja yang sedari tadi menjadi penonton setia sedangkan Dika sudah salah tingkah sejak tadi. Tiba-tiba Arga dan Edwin memasang wajah terkejut dan menatap tajam Dika. Membuat Rani dan Susi penasaran apa yang ada dalam pikiran dua pria itu.
"boy, jangan bilang lu gak bisa tahan nafsu lu ?" Tanya Edwin dengan menatap tajam Dika, menunggu jawaban Dika.
"gue khilaf bro" jawab Dika lemah
"lu beneran nyium Senja ?" Tanya Arga dengan terkejut dan sedikit berteriak
Susi dan Rani bahkan ikut terkejut mendengar perkataan Arga. Ternyata kedua wanita itu hanya memancing saja, untuk tahu kebenarannya. Ketika mereka masih terdiam karena terlalu terkejut. Tidak menyangka bahwa Dika akan melakukan itu. Namun tiba-tiba Senja membuka suara.
"aku pulang duluan ya, ka Juna udah jemput" kata Senja dengan santai. Senja bahkan tidak membahas sedikitpun tentang apa yang sudah dilakukan Dika. Senja akhirnya meninggalkan mereka yang masih terkejut dan tidak mengerti dengan sikap Senja.
"dik, lu ikut gue " kata Arga datar. Dika menggangguk lalu mengikutinya. Edwin berbicara kepada Rani dan Susi untuk pulang lebih dulu atau menunggu mereka sebentar. Mereka meneruti perkataan Edwin dan akhirnya pergi, sedangkan Edwin menyusul Dika dan Arga yang sudah lebih dulu pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Matahari untuk Senja ( editing )
RomanceSenja, menutup hatinya untuk pria mana pun. ia masih setia menunggu masa lalunya kembali. lalu datang seorang pria, mengacaukan dunianya. tatapan kebencian Senja tak mampu membuat pria itu berhenti. akankah Senja luluh dan melupakan masa lalunya?