Seorang perempuan yang sedang fokus membaca sebuah novel di sebuah gazebo yanga terletak di halaman rumah. Perempuan itu menggunakan kacamata yang membuatnya terlihat cantik. Perempuan itu adalah Senja Bagaskara, anak seorang pengusaha dalam bidang kuliner. Ayahnya, Rudi Bagaskara memiliki café dengan beberapa cabang di kota-kota besar. Ia memiliki satu orang kaka bernama Antoni Juna Bagaskara. Sedangkan Ibu Senja udah meninggal tiga tahun lalu. Keluarga Bagaskara sangat dihormati oleh masyarkat sekitar, karena Rudi Bagaskara terkenal peduli pada lingkungan, baik hati dan murah senyum.
"SENJAAAAAA," teriak Juna dengan menghampiri Senja dan memeluknya.
"Apa sih kak," kata Senja malas.
"Kamu tuh sibuk baca terus! Udah gak peduli sama kaka," Juna pura-pura marah.
"Gak usah drama. Masih pagi," jawab Senja ketus.
Mereka selalu berbincang ketika weekend tiba. Bersantai di gazebo yang memiliki kolam ikan di bawahnya. Tempat favorit keluarga Bagaskara. Pak Rudi menghampiri kedua anaknya yang sedang asik bergurau. Bahagia yang tak bisa dinilai oleh apa pun adalah kebahagiaan anak-anaknya bagi seorang Ayah. Apa pun akan dilakukan seorang Ayah untuk mencukupi kebutuhan keluarganya dan kebahagiaan anak-anaknya. Mereka yang belum menyadari keberadaan Ayahnya masih asik bercanda, senyuman mereka membuat ukiran indah dalam wajah Rudi Bagaskara.
"Ayah, kemarilah," ajak Juna yang sudah sadar akan kehadiran Ayahnya.
Rudi menghampiri kedua anaknya dengan memasang wajah penuh kebahagiaan. Langkahnya terasa lebih ringan. Meski kini ia menjadi Ayah tunggal bagi kedua anaknya, namun ia tidak pernah merasa terbebani. Rudi sangat tahu bahwa kedua anaknya saling menyayangi satu sama lain.
"Ayah tahu, minggu depan Senja akan tampil membaca sebuah puisi. Putri Ayah ini yang terkenal sangat dingin pasti akan memikat banyak pria," goda Juna.
"Aku tidak sedingin itu ka! Lagi pula aku tak punya banyak waktu meladeni satu persatu orang yang hanya ingin mencari perhatianku," kata Senja santai.
"Lihat yah, adikku ini terlalu percaya diri. Sombong sekali dia yah," ledek Juna.
"Diam! Berhenti menggodaku," Senja merajuk.
"Sudah sudah, jangan menggoda adikmu terus Juna. Siapa yang tidak akan jatuh cinta pada Senja ketika membaca puisi? Suaranya yang lembut, dan ketulusannya dalam membaca pasti akan membuat siapa pun jatuh cinta. Dia menuruni pesona dari ibunya," kata Rudi dengan tenang.
Perkataan Rudi membuat wajah Senja merona. Ayahnya selalu pandai membuat Senja malu dan merasa tersanjung oleh perkataanya.
"Lihat yah, Senja begitu menjijikan bersikap seperti itu," ledek Juna.
"Terserah!"
Senja beranjak pergi meninggalkan Juna yang sedang tertawa geli karena berhasil menggodanya, sedangkan Rudi hanya menggeleng-geleng kepala melihat perilaku anak tertuanya. Juna meraih tangan Senja, lalu Senja berusaha menepisnya namun usaha itu gagal. Juna memeluknya lalu menggelitiki Senja, dan akhirnya Senja kehilangan keseimbangan tubuhnya lalu jatuh ke kolam ikan yang berada di bawah gazebo. Juna tertawa hingga membuat perutnya sakit, sedangkan Senja sudah terlihat akan mengeluarkan kemarahannya
"KA JUNAAAA, AKU JADI BAU AMIS!!!!!" teriak Senja yang membuat Rudi hanya mengeleng-gelengkan kepala melihat tingkah kedua anaknya.
Namun dibalik semua itu, Senja tahu bahwa Juna sangat menyayanginya. Meledekinya seperti itu adalah cara Juna menyayangi Senja. Senja bersyukur memiliki mereka berdua meskipun ibunya sudah pergi karena kedua pria itu tidak pernah berhenti memberikan cinta dalam hidup senja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Matahari untuk Senja ( editing )
RomanceSenja, menutup hatinya untuk pria mana pun. ia masih setia menunggu masa lalunya kembali. lalu datang seorang pria, mengacaukan dunianya. tatapan kebencian Senja tak mampu membuat pria itu berhenti. akankah Senja luluh dan melupakan masa lalunya?